Selasa, 07 Agustus 2018

MY L.O.V.E (PART 9) #Untold Story






(MASIH) MALAM MINGGUAN

Lalu, gadis manis itu mengeluarkan selembar kertas yang ukurannya A3 berwarna pink dengan spidol warna pelangi, di dalamnya terdapat goresan garis dan kolom. Dan tulisan paling atas, yang hurufnya segede jagung bertuliskan kalimat ‘JADWAL GENG NERO BELAJAR!!! ‘TUK HADAPI UJIAN KK (Kenaikan Kelas)’. 

“Tolong dilihat dan dipahami terlebih dahulu.”perintah Diana sambil melebarkan kertasnya yang BBB ‘Benar Benar Besar’.

“So, gimana??? Kalian setuju nggak?? Aku udah buat ini semaleman lho!!! Kalo ada yang keberatan bilang aja, nggak perlu takut. Lebih baik sekarang nggak setuju daripada nanti udah setengah perjalanan baru mengeluh. Gimana?” 

Vaness, Chika, Ucha, Ben, dan Joy benar-benar takjub akan persiapan yang telah dilakukan oleh ‘adik bontotnya geng Nero’ ini. Mereka berlima sama-sama tercengang melihat usaha yang belum tentu orang lain juga memiliki tekad seperti dia. Semua jadwal, waktu, plus mata pelajaran benar-benar ia pikirkan. Diana benar-benar tahu dan perhatian dengan yang lainnya, ia adik yang sangat baik. 

“Gue setuju, dek!”sahut Vaness pertama kali sambil memeluk adiknya yang sangat dia sayang.
“Gue JUGA.”sambung Ucha dan Joy berbarengan.
“Kalo kalian berdua? Ben… Chika…”
“Mmm… kalo gue sih setuju-setuju aja! Tapi rencananya nyokap gue bakalan masukin gue ke bimbel. Jadi gue bingung??”
“Chik, kalo itu doang sih gampang! Kamu ikut bimbel aja, tapi kita tetep belajar bersama. Nanti kalo ada soal yang sama sekali kita nggak tahu, kan kamu bisa nanya di bimbel.”
“Oche deh kalo gitu!! Gue nimbrung yaaa!”
“Ben, loe gimana??” tanya Chika.
Bukannya dijawab, Ben malah kebingungan sendiri. Dari wajahnya sudah terpancar kalo dia lagi memilih keputusan yang amat sulit. “Gue…e.. gue, ikut kalian aja deh.” Jawaban yang menyenangkan, tetapi di mata Diana justru jawaban itu bukan berasal dari hati Ben yang sebenarnya. 

“Kalo semua udah setuju sama rencana adek kita ini, maka gue putusin mulai senin depan kita BE-LA-JAR!!!”tegas mama Vaness diikuti ketukan sendok tiga kali, ya… ikut-ikut kayak persidangan gitu, haha.

***



Ranita Cahya Bella Ekatri
“Loe mau nonton film apa, nit?” tanya Dimas lembut.
Tatapan Dimas yang begitu teduh membuat Nita berasa di atas angin dan ia tidak ingin jatuh ke bawah, meskipun di bawah sana banyak rerumputan yang sangat hijau. 

“Nit… Helloo…”teriak Dimas sedari membangunkan Nita dari lamunan panjangnya. 
“Iya… Gue mau nonton film ini!”jawabnya sambil asal tunjuk judul film yang tertera di hadapannya. 
“Loe nggak salah mau nonton film ini?” Pertanyaan Dimas langsung membuat hati Nita berdetak kencang, bola matanya terus bergulir mendapati film yang tadi ditunjuknya. 

Pikirannya terus bergerak dan otaknya terus bertanya-tanya “Emang salah apa nonton film ini?? Apa si Dimas nggak  suka film English-action, ya?? Perasaan gue film Death Race- kan bagus, aktornya aja Jason Statham dan kata si Luna, dia sampe nonton 2 kali karena bagus banget! Jadi bingung?”. 

“Nitaaaa, elo kok malah bengong. Elo beneran suka nonton ini?” tanya Dimas lagi, sepertinya kesabarannya sudah tinggal di ujung tanduk sampai-sampai alisnya jadi diangkat satu centi.
“Gue SUKA KOK!!! Suka banget! Elo… kalo nggak suka nggak pa-pa. Gue ikut loe aja dim.”jawab Nita sekenanya, keringat dari atas dahi udah menetes-netes, bukan karena di bioskop ini panas tapi rasanya kalo Dimas berkata dengan nada seperti barusan, suasana malam minggu bisa-bisa lenyap seketika. 
“Ha..ha…Nita elo kok ngeliatin gue jadi ketakutan gitu, kayak mau dirampok aja.” Gumaman Dimas bener-bener membuat hati Nita jadi sedikit tenang.
“Ya, gue takut elo marah dim. Gara-gara gue bengong melulu.”
“Nita… Nita… Alasan loe ada-ada aja! Mana mungkin gue marah Cuma gara-gara hal sepele macam tadi. Gue Cuma rada bete elo kacangin terus, gue kan yang ngajak elo jalan, ya… kalo elonya nggak nyaman kan gue nggak enak jadinya.”
“Siapa bilang?! Gue selalu nyaman kok kalo deket loe!”ujar Nita tiba-tiba. 

Sedetik kemudian wajahnya jadi merah merona, malu abis! Perasaanya jadi kegesek-gesek. Kemudian, “Ma…maksud… gue, elo itu…e…maksudnya gue seneng kok temenan sama loe! Jadi, nggak wajar kan kalo gue jadi bete sama loe dengan alasan yang nggak jelas. Gitu Dimas, sueerr!!” 

Akan tetapi, Dimas hanya menganggukkan kepalanya, lalu pergi menuju ke loket tiket untuk membeli tiket film Death Race. Sementara, Nita langsung melesat ke toilet ladies sekilat mungkin. Di hadapan cermin, dia langsung mengutuki dirinya sendiri, Bego! Tolol! Bloon! Nekat!! Nggak tau diri!!! Pokonya Nita bener-bener udah memalukan dirinya sendiri di depan cowok itu. 

Hatinya langsung kacau, perasaan takut mulai menggeluti seluruh sel-sel di dalam tubuhnya seperti gas karbondioksida yang berhasil mengalahkan gas oksigen untuk mengikat Hemoglobin di dalam sel darah merah. Untuk menenangkan hatinya, ia pun berkali-kali mengusapkan air ke wajahnya dan menampar-nampar pipinya sendiri, meskipun mungkin hal tersebut hanya bekerja 10 persen.

Dengan perasaan yang sangat…benar-benar… terjepit, Nita pun keluar dari toilet –tempat pengasingan dirinya sementara. Lalu dari jauh, ia pun melihat Dimas yang melihat kanan-kiri seperti sedang kebingungan. 

Ada tiga cara dipikirannya, untuk menjawab soal -bagaimana dia bisa menghadapi cowok yang… Yang sekarang ada di hadapannya,

Pertama : KABUR!!! Bilang aja lagi sakit perut or the other something yang bisa membuatnya lolos dari sumur maut dan langsung pulang naik taksi. Terus besoknya, uang tiket bakalan digantiin. Tetapi, masalahnya ia harus pulang bareng Diana –adiknya, karena itu syaratnya pap kan! Kalo nggak, sampai di rumah bisa-bisa dia bakalan kena semprot. Atau dengan terpaksa Nita harus menunggu sendirian di pombensin (tempat janjian mereka –Diana & Nita untuk bertemu) dalam jangka waktu… ArggH!!! Repot banget.

Kedua : Akting! Pura-pura aja dia nggak pernah mengatakan kalimat bodoh seperti tadi. Tetap tersenyum dan anggap kejadian barusan tidak pernah terjadi. But, the problem is Nita nggak bisa bohong, apalagi sama perasaannya sendiri. Dia bukan seperti adiknya yang pinter banget bersandiwara, dan kalau dia melakukannya alhasil pasti bukannya lega malah tambah jadi beban and DEPRESI, duuhhh!!!

Ketiga : Jujur ! Katakan aja semua yang sedang dirasakan, sambil minta maaf yang sebesar-besarnya. Ceritakan kalau yang tadi itu Cuma just kidding nggak beneran. Tapi… Wadduh! bisa-bisa Nita nangis di tempat, dan nanti Dimas bisa ilfil dong! Gara-gara melihat cewek nangis histeris karena hal yang SEPELE, hal yang mungkin menurutnya –Dimas nggak penting. Dan kemungkinan terburuknya, Dimas ngajak pulang dan malam minggu ini bisa HANCUUURR… NO WAY!!!! 

Nita terus-menerus menggigiti ujung jarinya, bola matanya masih memandangi Dimas dari kejauhan, entah apa yang musti dilakukannya?? Tiga cara tadi adalah cara-cara yang bodoh plus nekat, tetapi kalau terpaksa ‘mau bagaimana lagi??’ 

***

BERSAMBUNG...




*Pict. source:
https://clipartxtras.com/categories/view/78b97a0428c4f54879a7ff9b36e2ea6ed2f19a60/hangout-with-friends-clipart.html
https://ja.pngtree.com/freepng/couple-watching-movies_3122636.html





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MY L.O.V.E (PART 19) #Untold Story

SEBUAH PENGAKUAN (III) Diana menatap Micky, tatapan cowok itu begitu kelabu. Tidak ada sinar yang terpancar di sana. ...