Jumat, 17 Agustus 2018

MY L.O.V.E (PART 12) #Untold Story




Firasat!

“Guys… Kita nonton apa ya???”tanya Chika. Cewek ini memang supeeerrrr ribuutt apalagi kalau mau nonton.

“Gue sih yang jelas nggak mau HOROR! Titik.”ucap Joy tegas. Anggota geng Nero yang lainnya pun justru pada ketawa ngakak melihat ekspresi wajah Joy yang kelihatan jadi mirip orang dungu. 

“Hahahahahaaaa… Joy… Joy… Cakep-cakep penakut… Iiihh tatuuutt…”tambah Ucha lagi –dia emang yang ketawanya paling GUEDDE diantara yang lain.

“Kalo Joy nggak mau horror, mending kasih aja dia film yang bener-bener horror. Hi… hi… hi…” sela Vaness nggak mau kalah.

Joy yang terus disindir pun berusaha membela diri “Aaah… apa-apaan sih elo pada?! Gue kan nggak mau nonton horror bukan gara-gara takut!”

“Terus?” ujar Ucha .

“Ya… ya… menurut gue film horror itu nggak ada tegang-tegangnya. Nggak guna!”

Ucha tersenyum jail “Terus???”

“Pokoknya horror itu aneh jalan ceritanya. Apalagi Indonesia, horornya nggak nyeremin Cuma ngagetin doang.”

“Masa sih?” kali ini Vaness yang kegatelan mendengar pernyataan-pernyataan Joy yang ANEH…

“IYA! Udah ah loe semua mau bikin gue pulang nih?!”

Ucha yang paling senang ngeledekin orang macam Joy terus melancarkan serangan-serangannya, “Ya udah gih pulang sana. Ntar loe pulang sendiri ketemu… HIiiii… hihihi…”

“UCHA!!!!” Lalu, Joy pun membalasnya dengan jurus ‘kelitik leher’! 

“Hahhaaaaahaaa…. JOY!! GELI!!! SIAL loe. Sini gue BALES!!!”  
  
Ampun… deh!!! Semua lagi pada heboh, eh… Diana malah melamun sendiri kayaknya justru dia nih yang lagi kerasukan setan GAGU, adduuuhh…

“Di, elo kok bengong? Mikirin apa?”

“Eh. BEN! Masa?! Eng… nggak aku nggak bengong kok! Aku Cuma lagi bingung aja.”

Ben menggaruk-garuk kepalanya “Bingung?! Kenapa?? Ada masalah?”

“Iya, di!! Elo kenapa bingung? Ada yang bisa gue Bantu??? Maybe, soal duit nonton sekarang.” samber Chika tiba-tiba.

“Enggak Chik! Tenang aja aku, maksudku nggak ada hubungannya dengan duit. Tenang aku bawa cukup, kok! Aku kan udah janji bakal ntraktir, ya kan?? Emm… mendingan kamu aja yang pilih filmnya. Soalnya, kamu kan yang sering hang out dan nonton bioskop. Jadi aku yakin kamu pasti tau film mana yang lagi up to date. Ini uang tiketnya.” papar Diana.

Tanpa dibilangin dua kali, itu anak langsung cabut ke loket karcis. Kayaknya dia udah niat mau nonton sesuatu dari tadi.

“Mau kemana loe?”tanya Ucha.
“KE LOKET.”
Ucha yang hobinya nimbrung, langsung cab’s “IKUUUUUTTTT !!!”

“Ben. Diana. Elo bedua diem-diem aja. Happy dongs kayak gue!”sahut Joy cengengesan.

“Tau nih. Eh di, temenin gue ke toilet bentar yuk!”ajak Vaness.

Tanpa berkata apa-apa Diana hanya mengangguk pelan, lalu mereka pergi.

“Diana kenapa Ben?”
Ben hanya mengangkat bahunya, “Beli popcorn aja yuk.”
“Oh… Oke.”

***

Di toilet Diana tetap terdiam membisu. Di sana sepi sekali, hanya mereka berdua yang mengisi kekosongan itu. 

“Diana gue bagus kan pake baju ini?”
Gadis itu mengangguk.

“Kalo make up dan rambutnya??”
“…”

“Di…”
”HAH?! Apa?” sumpah wajah Diana tolol abis. “Sorry… aku nggak denger.”

Vaness menahan nafasnya “Make up dan rambut gue?”  
“Ke…kenapa make up dan rambutmu?”

Si keriting Vaness hanya tertawa kecil “Bagus nggak?? Diana… Diana… gue serasa ngomong ama bayangannya si Ucha. Jangan lemot ah!”

“Ooohh… Emm, Bagus! Bagus kok! Beneran.” Sahut Diana diikuti acungan dua jempol sekaligus.

Momy Vaness yang sudah dapat merasakan sesuatu yang tidak beres dari adek bontotnya –Diana segera mengintrogasi dengan mengajukan sekelumit pertanyaan-pertanyaan menjebak sampai Diana benar-benar jujur ‘Ada apa sih?’

“Elo ada masalah?”
“Eh, enggak.”
“Yakin?”
“I…iya.” Jawabnya ragu.
“Yang bener? Jangan bohongin gue lho!”

“Beneraannn Ness, aku Cuma …” Diana sudah mulai masuk perangkap Vaness, tangannya yang halus mendadak dingin seperti es, gemetar, ia tidak bisa melanjutkan potongan kalimat itu sebab…

“Cuma apa? Benerkan elo ada masalah? Di, kita udah temenan lama dan gue bisa ngeliat perasaan lho kayak gimana, apalagi kalo elo ada masalah yang nggak ngenakin hati.” jelas Vaness.

“Gimana bisa tahu? Kamu bisa aja, Ness! Kayak paranormal aja.”ujar Diana dengan senyum simpul seadanya meski sedikit dipaksakan, sedari mengalihkan pembicaraan.

“Sorot mata loe nggak bisa bo’ong. Udahlah elo jangan ngeles dari gue! Elo itu bacotnya masih kalah sama gue, masih perlu latihan, ya… meskipun gue tahu elo jago banget berSANDIWARA.” katanya lagi dengan menekankan kata terakhir.

GLEK!

Diana udah stak! Udah bingung gimana lagi mau menghindar dari Vaness. Gadis itu terus menggigiti bibirnya yang tipis dan tak berani menatap bola mata Vaness yang tajam. Ia tahu sekarang hatinya sedang bingung, bahkan dia tidak bisa menggambarkan seperti apa perasaanya malam ini.

Vaness yang melihat raut wajah Diana yang seperti orang ketakutan pun jadi merasa bersalah, “Di… Gue bukannya mau maksa loe supaya cerita ke gue. SUMPAH! Gue Cuma sedih aja kalo liat loe murung. Karena gue sayang banget sama loe dan gue nggak mau elo kena masalah berat apalagi kalo elo sampai tersiksa.” ucapnya sambil membelai rambut Diana yang hitam terurai. 

“Di…” Vaness menatap iba.

Hatiku gusar Ness… aku bingung, ada sesuatu yang buat aku begini. Aku memiliki firasat buruk. Tentang seseorang yang paling aku sayang dan aku nggak mau dia jadi milik orang lain. Aku nggak mau kehilangan dia, aku belum rela. Tapi… gimana caranya aku ungkapin ini semua ke kamu. Gimana???  
Vaness sudah tidak tahan melihat bola mata Diana yang kalut, buram, “Di… kita pasti udah ditunggu sama yang lain. Ayo! SEMANGAT Di!!! Gue yakin adek gue itu orangnya kuat buat ngadepin masalah. Meskipun masalah itu GEDEEE banget. Ayo, di!!!” ucap Vaness sesemangat mungkin, walaupun dalam hatinya masih sangat penasaran, namun apa daya dirinya nggak mungkin tega untuk memaksakan kehendak.

“Ness… bentar.” 
“Ada apa adikku sayang?” 

Seraya memeluk, Diana pun menangis… menangis dalam keceriaan di malam minggu ini. Vaness makin bingung dibuatnya, tetapi biarlah setidaknya ia dapat menjadi sandaran kepiluan hati adiknya yang paling dia sayang.

“Ma…maaf, Ness… A, aku Cuma takut kehilangan seseorang…”

“Si… siapa?” tanyanya ragu.

“Ak…aku nggak bisa bilang, maaf…” jawab gadis lugu itu dengan terbata-bata.

“Oh… ya sudah. Dek, apapun yang terjadi gue selalu bakal disamping loe. Jadi, elo jangan pernah merasa kesepian. Dan percaya sama gue, siapapun itu, siapapun yang kenal sama loe, gue yakin seyakin-yakinnya kalo dia nggak akan sanggup buat ninggalin elo dengan alasan apapun. Percaya sama gue!” 

Nasihat Vaness yang begitu bijak, membuat Diana berpikir… Mungkin ada benarnya juga. Aku nggak boleh nangis! Aku pergi malam minggu buat senang-senang, lagipula aku yakin ‘dia’ tidak mungkin pergi atau benar-benar pergi, meski suatu saat ada orang yang lebih baik dari aku yang mendampingi dirinya…   

Diana kembali tersenyum tipis, meski hatinya masih ada sebagian yang teriris. 

“Ayo Ness! Aku harus SEMANGAATTT!! Thanks mom!”
“Bisa aja loe. Nah, sekarang buruan hapus air mata loe terus kita let’s go nontooonn!!!”
“Oke.”

***


See u next eps!



*pict. source: https://pixabay.com/en/girl-sadness-loneliness-sad-3421489/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MY L.O.V.E (PART 19) #Untold Story

SEBUAH PENGAKUAN (III) Diana menatap Micky, tatapan cowok itu begitu kelabu. Tidak ada sinar yang terpancar di sana. ...