(23-4-2010)
HITAM
DI ATAS PUTIH
Aku
tersenyum
Melihat
keramaian kota metropolitan
Aku
terkesiap
Saat
melintasi gedung-gedung bertingkat
Hati bergetar rasanya
Bangga, meski tak ada tempat untukku
Berlindung di salah satunya
Kata “pantas” rasanya jauh dari diriku
Hanya berbekal gitar usang
Pakaian
penuh tambal disana-sini
Debu
dan asap hitam
Aku
menyusuri ibu kota
Mencari
tangan dermawan
Yang
ku anggap malaikat
Aku tak peduli dengan mereka !
Aku hanya ingin bertahan hidup !
Melawan penjajahan di negeri sendiri !
Melawan keterpurukan !
Dan bebas... dari belenggu kemiskinan
Walau aku tak yakin dengan diriku
sendiri
Takdir!
Takdir! Takdir!!!
Kalian menatapku jijik
Kalian menoleh bengis
Menyungging senyum licik
Seakan aku ini hina !!!
Hingga
nurani kalian tenggelam
Aku
tetap TIDAK PEDULI !!!
Karena
kalian tidak mengenal siapa aku
Dan
bertanya,
Memang
siapa engkau? Siapa dirimu, nak?
AKU?! Aku hanya pemusik ulung
Mengais rezeki demi sesuap nasi
Tapi aku...
Aku adalah orang yang akan mengganti
posisi
Kalian, kelak!
Wahai
kalian yang duduk di singgasana emas
Dengan
tongkat dan wajah angkuh
Puaskah
kalian dengan segala kegemerlapan ?
Dan
menikmati diriku terlunta-lunta di jalanan ?!
Sungguh, aku berkata...
Berhentilah jadi tikus-tikus licik!
Yang haus akan harta dan materi
Jangan
rampas hidupku lagi !
Jangan
lagi tebarkan noda kemaksiatan !
Meski
terlanjur kalian ciptakan
Sebuah
lukisan hitam di atas putih
Tampaknya ini suatu kritik sosial, yaa.
BalasHapusRealitas keseharian kita.
Iyaaa betul :)
HapusTerima kasiih, sudah mampir membaca ini 😊🙏