“Dia” ada di sini
“Chika mana sih?! Udaah di panggil nih kita disuruh masuk!”sahut Joy kesal, karena tuh anak pasti deh lupa waktu kalo udah liat serumpunan baju dimana-mana.
“Iya nih! Mana tiket kita di dia semuaaaa.”timpal Ucha.
Vaness berusaha menenangkan Joy dan Ucha, “Eh, udah-udah sabar dong...”
“Halo, chik! Lo dimana? Pintu teaternya udah di buka nih!
Haloo!”ujar Ben ditelpon. “I..iya nih gue lagi naik lift! Sabar yaaa! Soriii!”
Joy merebut hp Ben lalu menyuruh Chika supaya cepat datang kalo nggak dia
mengancam nggak bakal mau nemenin Chika lagi buat nyari bahan gossip di sekolah, “Cepetan
ya!”
“Iyeee Jooyyy!!! Soriiiii.” Kemudian sambungan terputus.
“Nih, Ben. Lima detik lagi juga dia bakal muncul!”seru Joy pasti.
Terang aja, nggak sampe lima detik kemudian, si mungil Chika langsung muncul dengan menenteng dua plastik bertulikan “Matahari”. Dasar Chika emang nggak bisa nahan buat belanja baju!
“Hosh..hosh... Ni tiket nih..” ujarnya seperti orang hampir kehabisan oksigen.
Enam tiket tersebut langsung disamber Ucha dan Joy yang udah nggak sabaran pengen masuk. Lalu mereka jalan duluan tanpa melihat Vaness, Ben, dan Diana yang geleng-geleng kepala –geli melihat kekonyolan Joy-Ucha malam ini.
“Ehhh... gue jangan ditinggal...”gumam Chika masih mengatur nafasnya.
“Sini Chik gue bantu bawa belanjaan loe.”Lalu, Ben membawa bungkusan milik Chika yang sepertinya sudah membuat tuh anak rempooong sendiri.
“Ayo!”sahut Ben tersenyum. Chika pun entah kenapa langsung bisa berdiri tegap dan berjalan di samping Ben bahkan dia merangkul lengan Ben tanpa memperdulikan Diana yang berada di belakangnya.
Rasanya Aneh kalo melihat Chika deket sama Ben. Ada rasa berbeda. Mungkin firasatku nggak lama lagi bakalan terjadi... Gak pa-pa asal dia tersenyum bahagia! Seperti yang mama Vaness bilang kalo dia nggak mungkin bakalan ninggalin aku! Iyaa! Ayo diii!! Masa acaramu ini kamu rusak sendiri sih?!
Kemudian, tanpa mikir macam-maca lagi, Diana berusaha membuang jauh-jauh perasaan buruk sangka yang dari tadi mengganggunya. Ia ternyum menyusul Ben dan Chika tepat di belakang mereka. Akan tetapi....
Diana menoleh ke belakang.
Tidak ada orang yang mencurigakan. Hanya orang-orang yang ingin menonton sama sepertinya, tetapi...
Kok aku ngerasa ada yang ngikutin aku yah... Tuhan lindungi aku... Aku ngerasa ada yang nggak beres... batinnya was-was.
Dari kejauhan, tampak ada seseorang yang daritadi membuntuti gadis lugu itu, dia tersenyum licik di balik kacamata dan topinya yang hitam. Tenang sayang aku pasti akan selalu berada di dekat kamu. Aku nggak mau lagi menyerah sebelum aku bisa miliki kamu seutuhnya...
“Iyeee Jooyyy!!! Soriiiii.” Kemudian sambungan terputus.
“Nih, Ben. Lima detik lagi juga dia bakal muncul!”seru Joy pasti.
Terang aja, nggak sampe lima detik kemudian, si mungil Chika langsung muncul dengan menenteng dua plastik bertulikan “Matahari”. Dasar Chika emang nggak bisa nahan buat belanja baju!
“Hosh..hosh... Ni tiket nih..” ujarnya seperti orang hampir kehabisan oksigen.
Enam tiket tersebut langsung disamber Ucha dan Joy yang udah nggak sabaran pengen masuk. Lalu mereka jalan duluan tanpa melihat Vaness, Ben, dan Diana yang geleng-geleng kepala –geli melihat kekonyolan Joy-Ucha malam ini.
“Ehhh... gue jangan ditinggal...”gumam Chika masih mengatur nafasnya.
“Sini Chik gue bantu bawa belanjaan loe.”Lalu, Ben membawa bungkusan milik Chika yang sepertinya sudah membuat tuh anak rempooong sendiri.
“Ayo!”sahut Ben tersenyum. Chika pun entah kenapa langsung bisa berdiri tegap dan berjalan di samping Ben bahkan dia merangkul lengan Ben tanpa memperdulikan Diana yang berada di belakangnya.
Rasanya Aneh kalo melihat Chika deket sama Ben. Ada rasa berbeda. Mungkin firasatku nggak lama lagi bakalan terjadi... Gak pa-pa asal dia tersenyum bahagia! Seperti yang mama Vaness bilang kalo dia nggak mungkin bakalan ninggalin aku! Iyaa! Ayo diii!! Masa acaramu ini kamu rusak sendiri sih?!
Kemudian, tanpa mikir macam-maca lagi, Diana berusaha membuang jauh-jauh perasaan buruk sangka yang dari tadi mengganggunya. Ia ternyum menyusul Ben dan Chika tepat di belakang mereka. Akan tetapi....
Diana menoleh ke belakang.
Tidak ada orang yang mencurigakan. Hanya orang-orang yang ingin menonton sama sepertinya, tetapi...
Kok aku ngerasa ada yang ngikutin aku yah... Tuhan lindungi aku... Aku ngerasa ada yang nggak beres... batinnya was-was.
Dari kejauhan, tampak ada seseorang yang daritadi membuntuti gadis lugu itu, dia tersenyum licik di balik kacamata dan topinya yang hitam. Tenang sayang aku pasti akan selalu berada di dekat kamu. Aku nggak mau lagi menyerah sebelum aku bisa miliki kamu seutuhnya...
***
“Asiiik lampu gelap! Berarti film di mulaaaii!!” sahut Chika girang.
“Ssst! Jangan bersisik!”tukas Joy, menutup mulut Chika yang bawel daritadi dan si mungil hanya merengut mecubit tangan Joy supaya melepas bekapannya itu.
“Berisik kaleee.... IYA! BAWEL!”sungut Chika.
“Udaah dong guyzz... gak enak sama penonton lain.” Vaness kembali menengahi. Aduhhh tadi Joy-Ucha berantem nggak jelas sekarang Joy-Chika, dasar kalian ini nak!
Diana yang hampir saja mematikan ponselnya itu, tiba-tiba menerima dua sms sekaligus...
“Happy satnite princess Diana!!! Ati-ati ya kamu... J” From : Micky_ the cool guy
Diana tersenyum geli membaca sebaris kalimat Micky, simple tapi baginya itu udah cukup membuatnya tersipu. Buru-buru gadis itu membalas sms Micky...
“Pasti! Aku nonton dulu ya! Happy satnite too prince Mike! J” Reply : Micky_ the cool guy (Sending...)
Lalu, ia pun membaca sms yang satu lagi sebelum benar-benar ia mematikan ponselnya. Namun....
GOD!
Hatinya tiba-tiba gusar, perasaan takut itu kini kembali mencoret rasa kegembiraan yang baru saja ia rasakan. Tangannya gemetar dan seakan tidak percaya kalo ‘dia’ sekarang ada di sini!
“Aku nggak akan ninggalin kamu, buktinya sekarang aku di sini... Menemani kamu dari kejauhan sayang... -Edhu-”
From : 089999xxxx
Sambil tetap menggenggam hpnya itu, Diana pun memberanikan diri menoleh sekelilingnya dan mencari sosok yang merupakan ‘ancaman’ bagi dirinya.
DEG!
Samar-samar tapi pasti, sorotan mata Edhu yang tajam tidak akan terhalang oleh kegelapan. Diana melihatnya! Melihat sosok Edhu! Dia seperti hantu yang bisa muncul kapan saja!
Kini, tubuhnya mendadak lemas... Diana merasa hatinya berkabut. Was-was. Takut. Semua campur aduk menjadi satu!
“Ssst! Jangan bersisik!”tukas Joy, menutup mulut Chika yang bawel daritadi dan si mungil hanya merengut mecubit tangan Joy supaya melepas bekapannya itu.
“Berisik kaleee.... IYA! BAWEL!”sungut Chika.
“Udaah dong guyzz... gak enak sama penonton lain.” Vaness kembali menengahi. Aduhhh tadi Joy-Ucha berantem nggak jelas sekarang Joy-Chika, dasar kalian ini nak!
Diana yang hampir saja mematikan ponselnya itu, tiba-tiba menerima dua sms sekaligus...
“Happy satnite princess Diana!!! Ati-ati ya kamu... J” From : Micky_ the cool guy
Diana tersenyum geli membaca sebaris kalimat Micky, simple tapi baginya itu udah cukup membuatnya tersipu. Buru-buru gadis itu membalas sms Micky...
“Pasti! Aku nonton dulu ya! Happy satnite too prince Mike! J” Reply : Micky_ the cool guy (Sending...)
Lalu, ia pun membaca sms yang satu lagi sebelum benar-benar ia mematikan ponselnya. Namun....
GOD!
Hatinya tiba-tiba gusar, perasaan takut itu kini kembali mencoret rasa kegembiraan yang baru saja ia rasakan. Tangannya gemetar dan seakan tidak percaya kalo ‘dia’ sekarang ada di sini!
“Aku nggak akan ninggalin kamu, buktinya sekarang aku di sini... Menemani kamu dari kejauhan sayang... -Edhu-”
From : 089999xxxx
Sambil tetap menggenggam hpnya itu, Diana pun memberanikan diri menoleh sekelilingnya dan mencari sosok yang merupakan ‘ancaman’ bagi dirinya.
DEG!
Samar-samar tapi pasti, sorotan mata Edhu yang tajam tidak akan terhalang oleh kegelapan. Diana melihatnya! Melihat sosok Edhu! Dia seperti hantu yang bisa muncul kapan saja!
Kini, tubuhnya mendadak lemas... Diana merasa hatinya berkabut. Was-was. Takut. Semua campur aduk menjadi satu!
Butuh beberapa saat matanya dengan mata itu beradu sebab sosok Edhu tepat di samping
kanannya dan hanya terpisah oleh dua bangku asing.
Sementara itu Edhu tersenyum tenang, lalu tatapannya kembali ke layar bioskop.
Ben yang duduk di sebelah kiri Diana langsung merasakan sesuatu yang aneh padanya, “Loe kenapa Di?? Filmnya udah mulai tuh.
Loe lihat siapa sih?”tanyanya lembut, cowok itu nggak mau membuat Diana justru jadi terganggu.
“Aaa.. aku..aku..Cuma.. agak dingin aja Ben, he’eh iya.. Maklum aku jarang nonton bioskop akhir-akhir ini.”jawab gadis itu bohong.
Diana nggak mau bikin abangnya cemas apalagi sekarang dia lagi kelihatan senang.
“Hape loe udah di silent?”Tanya Ben lagi sambil melirik Diana yang masih menggenggam ponselnya menyala.
“Oh iya, hehe. Iii..ini mau baru aku matiin kok Ben.” Cepat-cepat Diana menon-aktifkan hp mini blacknya lalu memasukkannya dalam tas. Gadis itu berusaha sebisa mungkin menutupi ketakutannya yang amat sangat.
Kini, Diana hanya bisa tertunduk dan sama sekali nggak memperhatikan film “Handcock” itu, sesekali Diana setengah menoleh ‘dia’. Namun, Edhu sepertinya terlihat serius menonton film itu. Hmmm baguslah...
Insting Ben terhadap Diana sejauh ini belum pernah salah dan sekarang dia bener-bener nggak bisa konsen dengan film yang sudah setengah jam diputar. Ben menatap Diana, lalu dengan sedikit keberanian besar keraguan, perlahan Ben memegang pundak Diana lembut. Gadis itu menatap Ben nanar. Ketakutan jelas tergambar dari balik bola matanya. Kemudian diluar dugaan, Diana langsung memeluk abangnya itu. Erat.
Sebaliknya, Ben langsung merangkul Diana dan berbisik, “Loe tenang aja di... Loe aman... Nggak ada yang loe takutin kecuali Tuhan, Oke. Gue akan selalu lindungin lo, Diana...”
“Aku takut, Ben... Dia ada di sini...” balas Diana lirih.
Ben terkejut mendengar perkataan Diana, sebisa mungkin Ben menenangkan Diana. Cowok itu mengerti apa yang diucapkan Diana barusan. Bola matanya sibuk mencari sosok yang gadis itu maksud, namun nggak berhasil karena terhalang kegelapan ruangan. Ben terus memeluk erat Diana supaya dia bisa sedikit merasa lebih tenang.
Sementara itu, Edhu tetap tenang meski ia harus melihat kedekatan Ben dan Diana seperti sekarang, dia pun berbisik tajam “Gue akan merebut harta loe Benjamin! Awas lo! Permainan ini baru aja dimulai!”
Sementara itu Edhu tersenyum tenang, lalu tatapannya kembali ke layar bioskop.
Ben yang duduk di sebelah kiri Diana langsung merasakan sesuatu yang aneh padanya, “Loe kenapa Di?? Filmnya udah mulai tuh.
Loe lihat siapa sih?”tanyanya lembut, cowok itu nggak mau membuat Diana justru jadi terganggu.
“Aaa.. aku..aku..Cuma.. agak dingin aja Ben, he’eh iya.. Maklum aku jarang nonton bioskop akhir-akhir ini.”jawab gadis itu bohong.
Diana nggak mau bikin abangnya cemas apalagi sekarang dia lagi kelihatan senang.
“Hape loe udah di silent?”Tanya Ben lagi sambil melirik Diana yang masih menggenggam ponselnya menyala.
“Oh iya, hehe. Iii..ini mau baru aku matiin kok Ben.” Cepat-cepat Diana menon-aktifkan hp mini blacknya lalu memasukkannya dalam tas. Gadis itu berusaha sebisa mungkin menutupi ketakutannya yang amat sangat.
Kini, Diana hanya bisa tertunduk dan sama sekali nggak memperhatikan film “Handcock” itu, sesekali Diana setengah menoleh ‘dia’. Namun, Edhu sepertinya terlihat serius menonton film itu. Hmmm baguslah...
Insting Ben terhadap Diana sejauh ini belum pernah salah dan sekarang dia bener-bener nggak bisa konsen dengan film yang sudah setengah jam diputar. Ben menatap Diana, lalu dengan sedikit keberanian besar keraguan, perlahan Ben memegang pundak Diana lembut. Gadis itu menatap Ben nanar. Ketakutan jelas tergambar dari balik bola matanya. Kemudian diluar dugaan, Diana langsung memeluk abangnya itu. Erat.
Sebaliknya, Ben langsung merangkul Diana dan berbisik, “Loe tenang aja di... Loe aman... Nggak ada yang loe takutin kecuali Tuhan, Oke. Gue akan selalu lindungin lo, Diana...”
“Aku takut, Ben... Dia ada di sini...” balas Diana lirih.
Ben terkejut mendengar perkataan Diana, sebisa mungkin Ben menenangkan Diana. Cowok itu mengerti apa yang diucapkan Diana barusan. Bola matanya sibuk mencari sosok yang gadis itu maksud, namun nggak berhasil karena terhalang kegelapan ruangan. Ben terus memeluk erat Diana supaya dia bisa sedikit merasa lebih tenang.
Sementara itu, Edhu tetap tenang meski ia harus melihat kedekatan Ben dan Diana seperti sekarang, dia pun berbisik tajam “Gue akan merebut harta loe Benjamin! Awas lo! Permainan ini baru aja dimulai!”
***
to be continued
*pict source: https://www.japantimes.co.jp/news/2016/09/10/national/social-issues/japan-waking-menace-stalking/#.W4N62iOB28U
Tidak ada komentar:
Posting Komentar