Rabu, 29 Agustus 2018

MY L.O.V.E (PART 16) #Untold Story








Dia Ada Disini (III)



Loe itu hebat di... Loe tetep ngasih senyuman loe buat kita semua padahal gue tahu elo lagi nggak aman sekarang, ucap Ben dalam hati.


***

“Loe tunggu di sini ya, di! Gue ambil mobil dulu, soalnya kan tadi kita markirinnya rada jauh, kasian loe capek nanti. Oke?” 

“Iya Ben. Aku tunggu.”

Lalu, Ben mengelus kepala gadis itu lembut dan pergi untuk mengambil mobil. Sementara Diana masih siaga satu, hatinya was-was, pandangannya tak lepas untuk melihat sekeliling area parkir yang sepi.

“Filmnya seru kan sayang...”

Tiba-tiba saja terdengar suara bass yang tidak lagi asing ditelinganya. Gadis itu gemetar ketika hendak menengok ke samping kanannya, tepat di mana suara itu muncul. Dan...

“Please, kamu jangan ganggu aku lagi...”lirih Diana, ia sudah tidak tahan lagi untuk tidak menangis.

Kemudian, pemilik suara bass tersebut justru tambah mendekati Diana. Sekarang mereka berdua tengah berhadapan, lalu cowok itu mengangkat dagu Diana sehingga sepasang bola mata mereka kembali beradu persis seperti di dalam bioskop tadi. Diana hanya bisa pasrah dan air matanya tak berhenti mengalir.


“Kamu jangan nangis sayang, aku nggak bakal nyakitin kamu...”sahut cowok itu lagi dengan nada mesra sambil menghapus air mata Diana.

Sementara itu, Diana tambah ketakutan, ia ingin sekali menghindari tatapan ‘iblis’ itu tapi tak bisa, ia tak bisa mengelak, “Aku mohon... to..tolong lepasin ak..aku, ak..aku mohon.. aku janji.. aku kasih apa..apapun ya..yang kamu mau ta..tapi jangan gang..gu aku, dhu..” jelasnya terbata-bata. Pikirannya sudah kosong, ia hanya bisa berusaha untuk nggak pingsan di tempat.


“Aku Cuma mau kamu sayang... Aku sayang sama kamu di...”balas Edhu lagi sambil mengusap punggung rambut hitam Diana yang tergerai.

“Edhu... Rasa sayang itu nggak bisa di paksain. Aku bisa kok jadi temen kamu, aku mau asal kamu berubah. Nggak begini... Aku..aku...”

Lalu, Edhu menggenggam kedua tangan Diana dengan paksa, “Di! Kamu nggak ngerti yah?! AKU CINTA DI... Aku nggak peduli! AKU MAU KAMU! CUMA KAMU!”potongnya dengan nada tinggi dan penuh penekanan pada kata-katanya yang terakhir.

Diana pasrah dan tertunduk, ia nggak ngerti lagi apa yang harus dilakukannya untuk menyadarkan Edhu, kalo semua yang dia lakuin itu... ENGGAK BENER! Diana cuma bisa berharap supaya mobil Ben segera ke sini, berharap abangnya cepat datang... Ia tidak kuat lagi berhadapan dengan makhluk macam Edhu.

Ternyata, doa Diana cepat terkabul, tak lama kemudian sebuah mobil BMW hitam datang mendekati Diana. Sementara Edhu yang melihat dengan sigap menyingkir. Sebelum pergi ia pun setengah berbisik, 

“Diana... aku akan selalu sayang kamu sampai kapanpun dan aku nggak akan nyerah sampai aku miliki kamu, meskipun aku harus berhadapan dengan orang seperti Benjamin... Sampai jumpa sayang...” Setelah itu, seperti kilat, Edhu pun menghilang meninggalkan Diana berdiri mematung dengan tatapan kosong.


TIN! TIN!


“Diana... Ayo masuk.” sahut Ben. Hening.


Lalu Ben pun turun dari mobil dan menghampiri Diana. “Diana... Diana... Loe kenapa di?” ucap Ben berulang kali sampai akhirnya dia pun tersadar.

“Bbb... Ben..”

Ben menggenggam tangan Diana. Dingin seperti es. Cowok itu juga mengusap air mata Diana yang mengering. Tanpa keraguan, Ben memeluk kembali Diana, ia tahu kalo tadi penyebabnya pasti ‘orang itu’. Ben jadi merasa amat bersalah meninggalkan Diana sendiri, dalam hati ia berkali-kali mengutuki dirinya sendiri.

“Di.. udah kita pulang yuk. Biar loe bisa tiduran di mobil. Sekarang udah ada gue... Gue minta maaf di... Seharusnya gue nggak ninggalin loe. Udah jangan takut lagi ya di, gue janji nggak ninggalin loe lagi kayak tadi..” jelas Ben panjang lebar.

“Aku yang salah Ben... Aku belum bisa kuat.”balas Diana pelan.


Ben menghela nafas, berusaha menguatkan Diana, “Loe itu kuat kok! Kan loe wonder woman gue! Sekarang kita pulang, jemput kak Nita juga. Elo ntar sampe rumah tidur langsung. Tenang aja elo nggak sendiri di, Oke! Percaya sama gue...”

Diana menatap bola mata biru jernih cowok itu, ia merasa lebih baik, jauh lebih tenang, sepertinya omongan Ben telah membuatnya sedikit lupa tentang yang tadi dialaminya bersama cowok brengsek itu. Diana tersenyum lirih, “Iya Ben, aku pasti percaya sama kamu...

.... Kamu juga janji ya Ben jangan cerita masalah ini ke siapapun termasuk kak Nita... Aku nggak mau ungkit-ungkit ini lagi... Ini rahasia kita berdua ya Ben... Janji?”

Ben membalas senyuman Diana dan mengangguk, “Janji.”

Lalu mereka berdua pun segera meninggalkan area parkir tersebut. Sedangkan, Edhu yang menyaksikan pemandangan Diana-Ben hanya tersenyum sinis sambil menyalakan mesin mobil Ferrari hitam miliknya, 

“Elo liat aja nanti Benjamin! Harta loe pasti jadi milik gue dan itu nggak akan lama lagi.”

*** 



“Loe tadi nikmatin filmnya kan Nit?” tanya Dimas di tengah keheningan dalam perjalanan mereka pulang.

Nita hanya mengangguk seraya diam.

Dimas menarik nafas panjang, lalu memberhentikan mobilnya di pinggir jalan besar yang hanya dilalui sedikit kendaraan, “Jujur... gue sedih lihat loe begini... Gue suka Nita pas awal perjalanan kita tadi ke Mall. Gue tahu loe mungkin begini juga gara-gara gue, tapi plis kasih tahu gue dimana letak kesalahan gue Nit supaya gue bisa memperbaikinya. Gue nggak mau pertemanan kita harus ancur gini aja...” ucapnya.

Guratan wajah Dimas terbias rasa kecewa. Nita semakin tak berani menatap mata laki- laki itu, ia justru tertunduk tanpa balasan kalimat apa-apa.

“Nita... coba sekarang tatap mata gue....” Dimas memaksa lembut dan mengangkat dagu Nita, lalu memalingkan wajahnya ke hadapan wajah cowok itu sehingga membuat Nita bisa menatap guratan itu. Guratan yang ia tak mau dilihat, rasanya sakit. Perih.

“Gue mau bilang kalo gue juga...”

Sejenak Dimas memotong kalimatnya, membuat Nita semakin tak ingin melihat sinar mata cowok itu -Si atlet bulu tangkis yang sangat dikaguminya atau... di cintainya...
Dimas mendekatkan bibirnya ke telinga Nita sampai jarak mereka sangat dekat, lalu ia setengah berbisik, “Gue juga selalu nyaman kalo di deket lo Nit...”


Nita tak mengerti, bingung. Seharusnya malam ini adalah malam terindah baginya karena kalimat itu merupakan kalimat yang sangat Nita harapkan dari seorang Dimas, tetapi justru hatinya tambah perih. Apa mungkin ini karena ia merasa belum layak untuk mengisi kekosongan Dimas, ia merasa tak pantas untuk menggantikan Hesti –posisi mantan kekasih atau... cinta sejati Dimas.

Dimas menggenggam kedua pergelangan tangan Nita, tidak erat, tapi sangat menyentuh relung hati Nita. Akhirnya, Nita memberanikan diri untuk berucap, ia tidak ingin menunggu lebih lama lagi kalo berhadapan dengan Dimas dalam kondisi yang seperti ini. Pilu.

“Dimas... “sahutnya, terselip senyum kecil di sana.
“Gue seneng kok jalan sama loe...Gue juga suka filmnya... Gue minta maaf udah buat loe jadi bingung gara-gara gue. Maaf ya dim...”

Dimas tersenyum lalu menyentuh pipi Nita, “Nggak ada yang salah dan perlu dimaafin. Kita tetep jadi sahabat kan Nit? Gue nggak mungkin kuat kalo...”

“Iya Dimas, tenang aja. Mana mau gue nggak jadi temen loe Dim, hehe..” potong Nita cepat, ia tertawa kecil meski dihatinya terasa pahit. 

Tetapi Nita harus bersikap dewasa sekarang! Dia nggak boleh menunjukkan wajah sedih itu lagi, cukup untuk air matanya jatuh hari ini! Toh, Dimas juga tidak lagi menguraikan air matanya, hanya guratan kecewa itu...


“Nah gitu dong! Kalo lihat loe ketawa gini kan gue juga seneng, Nit! Gue jadi tenang sekarang... Kita terusin pulangnya ya, biar loe bisa cepet istirahat di rumah. Gue nggak mau loe jadi sakit gara-gara gue, hehehe.”timpal Dimas dengan tawa kecilnya yang khas –yang sangat disukai Nita.


Kini, guratan itu sepertinya sudah terhapus dari wajah Dimas dan Nita pun tersenyum mengangguk. Ia juga merasa jauh lebih tenang, seraya mendegar lagu Eqoutez- Simpan saja...


Ku akui dirimu pernah berarti...
Dan memang hidupku hampa tanpamu Namun lebih baik ku sendiri

Simpan saja rasa di hatimu
Sudah lupakan
Hasratku tak lagi untuk saling mencinta Sudah sampai disini...




*** 



to be continued



*pict. source:https://clip2art.com/explore/Drawn%20amd%20best%20friend/#go_post_10484_drawn-kopel-bed-14.jpg


MY L.O.V.E (PART 15) #Untold Story







DIA ADA DI SINI (II)


“Aku takut, Ben… Dia ada di sini…” balas Diana lirih. 

Ben terkejut mendengar perkataan Diana, sebisa mungkin Ben menenangkan Diana. Cowok itu mengerti apa yang diucapkan Diana barusan. Bola matanya sibuk mencari sosok yang gadis itu maksud, namun nggak berhasil karena terhalang kegelapan ruangan. Ben terus memeluk erat Diana supaya dia bisa sedikit merasa lebih tenang. 

Sementara itu, Edhu tetap tenang meski ia harus melihat kedekatan Ben dan Diana seperti sekarang, dia pun berbisik tajam “Gue akan merebut harta loe Benjamin! Awas lo! Permainan ini baru aja dimulai!”

***

“Waa! Selesaai juga akhirnya! Kereeen bangeettt!” puji Ucha berkali-kali.
“Betul betul betul!”tambah Vaness.
“Will smith gitu lho! Suami gue! Hahahaaa”ujar Chika kepedean, langsung disorakin sama Joy, Ucha, Vaness.

Sementara Diana hanya berjalan lemas saat keluar dari pintu bioskop. Entah kenapa dia tadi justru tidak melihat Edhu sama sekali di bangku itu. Bangkunya malah kosong saat lampu menyala. Namun, dia merasa yakin kalo tadi itu Edhu! Ya Edhu yang mengikutinya kemana dia pergi, apalagi tadi Edhu juga yang menulis pesan singkat bahwa dia benar-benar ada di dalam bioskop itu tadi.

Ben hanya bisa menggandeng tangan Diana, cowok itu nggak nyangka kalo Edhu masih bisa senekat itu. Padahal dulu Edhu sempat diancam bakal dikeluarkan dari sekolah akibat perlakuan buruknya terhadap Diana dan cowok itu juga berjanji tidak akan menggangu lagi, tapi kenyataannya salah! Ternyata mimpi buruk Diana belum berakhir! 

Niat untuk memberi kado istimewa itu diurungkan Ben, ia merasa malam ini bukanlah saat yang tepat. Keadaan Diana masih dalam ancaman besar. Sekarang, Ben justru harus berpikir cara untuk melindungi Diana dari kejaran Edhu dan juga supaya laki-laki itu berhenti meneruskan obsesinya yang berlebihan itu.

“Udah hampir jam 10 nih! Gue harus anterin Diana pulang, kalo nggak gue di sembur bokapnya dia, hehe, ya kan Di?”

“E..eh ya Ben! Iya guys, aku harus pulang dulu!”

Vaness tersenyum, “Iya dek, makasih yaa udah traktir kita-kitaa. Senenggg banget deh! bisa kumpul, jalan bareng gini!”

“Iyaaa Dianaaa, hehee, SERUU!!!” tambah Ucha langsung memeluk ‘adek bontot’ nya itu.

“Loe juga seneng kan dii???? Abis loe diem gitu.”ujar Joy tiba-tiba membuat hati Diana jadi ngerasa nggak enak. Tapi, mau gimana lagi, selama di dalam bioskop itu dia justru ketakutan dalam pelukan Ben saat Vaness, Chika, Ucha, Joy larut dalam alur cerita Handcock yang kelihatannya begitu seru.

Kemudian Diana berusaha akting seceria mungkin agar yang lainnya percaya kalo dia juga turut menikmati malam minggu ini.”Iyalah! Joy AKU SENENG BANGEET!!! Hehehee. Tadi tuh film emang keren deh!” teriak Diana semangat. 

  “Iya gue juga suka!”timpal Ben. “Gue sampe nggak ngedip, haha.” Tambahnya.

“Lebey luuuu…”jitak Joy.

Diana menatap abangnya dengan perasaan bersalah, ia juga nggak yakin kalo tadi abangnya benar-benar menyaksikan film itu sebab abangnya sibuk menenangkan dirinya. 

“Maafin aku Ben… Aku selalu ngerepotin kamu. Aku jadi yakin kalo aku akan benar-benar lebih takut kehilangan kamu daripada ketakutanku sama cowok brengsek itu… Semoga kamu tetep mau jadi sahabatku… abangku…” batinnya.

“Kalo gitu kita berdua pulang dulu ya guys!”ucap Ben.
“Iya! Aku pulang yaaa sobatku semuaaaa!!!” sahut Diana yang langsung cipika-cipiki sama Vaness, Ucha, Chika dan Joy.
“Iya, hati-hati kamu ya dek.”ujar Vaness. Ia bahagia malam ini sebab Diana sudah kembali ceria.
“Ben, loe hati-hati yaa!! Diana juga.”tambah Chika sebelum akhirnya Ben dan Diana pun menjauhi ke empat sobat geng Neronya itu.

Diana mengembangkan senyum seperti biasanya. Lalu melambaikan tangan kearah mereka berempat, begitu juga Ben sambil meneriakkan kata “Bye!!! Dada!!! Sampe ketemu SENEN!!”

Setidaknya Diana lega karena ketakutannya malam ini tidak membuat sobat geng Nero lainnya khawatir, meskipun hanya abangnya seorang yang tidak bisa ia bohongi. Gadis itu kini merasa lebih aman disamping Ben dan cowok blasteran itu terus menggandeng erat tangan Diana. 

Loe itu hebat di… Loe tetep ngasih senyuman loe buat kita semua padahal gue tahu elo lagi nggak aman sekarang, ucap Ben dalam hati.


***


to be continued






*pict. source: https://www.selipan.com/hiburan/foto/14-ilustrasi-sederhana-kebersamaan-menenangkan-hati/



Minggu, 26 Agustus 2018

MY L.O.V.E (PART 14) #Untold Story




“Dia” ada di sini


“Chika mana sih?! Udaah di panggil nih kita disuruh masuk!”sahut Joy kesal, karena tuh anak pasti deh lupa waktu kalo udah liat serumpunan baju dimana-mana.

“Iya nih! Mana tiket kita di dia semuaaaa.”timpal Ucha.
Vaness berusaha menenangkan Joy dan Ucha, “Eh, udah-udah sabar dong...”


“Halo, chik! Lo dimana? Pintu teaternya udah di buka nih! 

Haloo!”ujar Ben ditelpon. “I..iya nih gue lagi naik lift! Sabar yaaa! Soriii!”

page65image5778192
Joy merebut hp Ben lalu menyuruh Chika supaya cepat datang kalo nggak dia mengancam nggak bakal mau nemenin Chika lagi buat nyari bahan gossip di sekolah, “Cepetan ya!”

“Iyeee Jooyyy!!! Soriiiii.” Kemudian sambungan terputus.
“Nih, Ben. Lima detik lagi juga dia bakal muncul!”seru Joy pasti.

Terang aja, nggak sampe lima detik kemudian, si mungil Chika langsung muncul dengan menenteng dua plastik bertulikan “Matahari”. Dasar Chika emang nggak bisa nahan buat belanja baju!
“Hosh..hosh... Ni tiket nih..” ujarnya seperti orang hampir kehabisan oksigen.

Enam tiket tersebut langsung disamber Ucha dan Joy yang udah nggak sabaran pengen masuk. Lalu mereka jalan duluan tanpa melihat Vaness, Ben, dan Diana yang geleng-geleng kepala –geli melihat kekonyolan Joy-Ucha malam ini.

“Ehhh... gue jangan ditinggal...”gumam Chika masih mengatur nafasnya.

“Sini Chik gue bantu bawa belanjaan loe.”Lalu, Ben membawa bungkusan milik Chika yang sepertinya sudah membuat tuh anak rempooong sendiri.

“Ayo!”sahut Ben tersenyum. Chika pun entah kenapa langsung bisa berdiri tegap dan berjalan di samping Ben bahkan dia merangkul lengan Ben tanpa memperdulikan Diana yang berada di belakangnya.

Rasanya Aneh kalo melihat Chika deket sama Ben. Ada rasa berbeda. Mungkin firasatku nggak lama lagi bakalan terjadi... Gak pa-pa asal dia tersenyum bahagia! Seperti yang mama Vaness bilang kalo dia nggak mungkin bakalan ninggalin aku! Iyaa! Ayo diii!! Masa acaramu ini kamu rusak sendiri sih?!

Kemudian, tanpa mikir macam-maca lagi, Diana berusaha membuang jauh-jauh perasaan buruk sangka yang dari tadi mengganggunya. Ia ternyum menyusul Ben dan Chika tepat di belakang mereka. Akan tetapi....

Diana menoleh ke belakang.

Tidak ada orang yang mencurigakan. Hanya orang-orang yang ingin menonton sama sepertinya, tetapi...
Kok aku ngerasa ada yang ngikutin aku yah... Tuhan lindungi aku... Aku ngerasa ada yang nggak beres... batinnya was-was.

Dari kejauhan, tampak ada seseorang yang daritadi membuntuti gadis lugu itu, dia tersenyum licik di balik kacamata dan topinya yang hitam. Tenang sayang aku pasti akan selalu berada di dekat kamu. Aku nggak mau lagi menyerah sebelum aku bisa miliki kamu seutuhnya...

***

“Asiiik lampu gelap! Berarti film di mulaaaii!!” sahut Chika girang.

“Ssst! Jangan bersisik!”tukas Joy, menutup mulut Chika yang bawel daritadi dan si mungil hanya merengut mecubit tangan Joy supaya melepas bekapannya itu.

“Berisik kaleee.... IYA! BAWEL!”sungut Chika.

“Udaah dong guyzz... gak enak sama penonton lain.” Vaness kembali menengahi. Aduhhh tadi Joy-Ucha berantem nggak jelas sekarang Joy-Chika, dasar kalian ini nak!

Diana yang hampir saja mematikan ponselnya itu, tiba-tiba menerima dua sms sekaligus...

“Happy satnite princess Diana!!! Ati-ati ya kamu... J” From : Micky_ the cool guy

Diana tersenyum geli membaca sebaris kalimat Micky, simple tapi baginya itu udah cukup membuatnya tersipu. Buru-buru gadis itu membalas sms Micky...

“Pasti! Aku nonton dulu ya! Happy satnite too prince Mike! J” Reply : Micky_ the cool guy (Sending...)

Lalu, ia pun membaca sms yang satu lagi sebelum benar-benar ia mematikan ponselnya. Namun....

GOD!

Hatinya tiba-tiba gusar, perasaan takut itu kini kembali mencoret rasa kegembiraan yang baru saja ia rasakan. Tangannya gemetar dan seakan tidak percaya kalo ‘dia’ sekarang ada di sini!

“Aku nggak akan ninggalin kamu, buktinya sekarang aku di sini... Menemani kamu dari kejauhan sayang... -Edhu-”
From : 089999xxxx

Sambil tetap menggenggam hpnya itu, Diana pun memberanikan diri menoleh sekelilingnya dan mencari sosok yang merupakan ‘ancaman’ bagi dirinya.

DEG!

Samar-samar tapi pasti, sorotan mata Edhu yang tajam tidak akan terhalang oleh kegelapan. Diana melihatnya! Melihat sosok Edhu! Dia seperti hantu yang bisa muncul kapan saja!

Kini, tubuhnya mendadak lemas... Diana merasa hatinya berkabut. Was-was. Takut. Semua campur aduk menjadi satu!
Butuh beberapa saat matanya dengan mata itu beradu sebab sosok Edhu tepat di samping kanannya dan hanya terpisah oleh dua bangku asing.

Sementara itu Edhu tersenyum tenang, lalu tatapannya kembali ke layar bioskop.

Ben yang duduk di sebelah kiri Diana langsung merasakan sesuatu yang aneh padanya, “Loe kenapa Di?? Filmnya udah mulai tuh. 

Loe lihat siapa sih?”tanyanya lembut, cowok itu nggak mau membuat Diana justru jadi terganggu.

“Aaa.. aku..aku..Cuma.. agak dingin aja Ben, he’eh iya.. Maklum aku jarang nonton bioskop akhir-akhir ini.”jawab gadis itu bohong. 

Diana nggak mau bikin abangnya cemas apalagi sekarang dia lagi kelihatan senang.

“Hape loe udah di silent?”Tanya Ben lagi sambil melirik Diana yang masih menggenggam ponselnya menyala.

“Oh iya, hehe. Iii..ini mau baru aku matiin kok Ben.” Cepat-cepat Diana menon-aktifkan hp mini blacknya lalu memasukkannya dalam tas. Gadis itu berusaha sebisa mungkin menutupi ketakutannya yang amat sangat.

Kini, Diana hanya bisa tertunduk dan sama sekali nggak memperhatikan film “Handcock” itu, sesekali Diana setengah menoleh ‘dia’. Namun, Edhu sepertinya terlihat serius menonton film itu. Hmmm baguslah...

Insting Ben terhadap Diana sejauh ini belum pernah salah dan sekarang dia bener-bener nggak bisa konsen dengan film yang sudah setengah jam diputar. Ben menatap Diana, lalu dengan sedikit keberanian besar keraguan, perlahan Ben memegang pundak Diana lembut. Gadis itu menatap Ben nanar. Ketakutan jelas tergambar dari balik bola matanya. Kemudian diluar dugaan, Diana langsung memeluk abangnya itu. Erat. 

Sebaliknya, Ben langsung merangkul Diana dan berbisik, “Loe tenang aja di... Loe aman... Nggak ada yang loe takutin kecuali Tuhan, Oke. Gue akan selalu lindungin lo, Diana...”

“Aku takut, Ben... Dia ada di sini...” balas Diana lirih.

Ben terkejut mendengar perkataan Diana, sebisa mungkin Ben menenangkan Diana. Cowok itu mengerti apa yang diucapkan Diana barusan. Bola matanya sibuk mencari sosok yang gadis itu maksud, namun nggak berhasil karena terhalang kegelapan ruangan. Ben terus memeluk erat Diana supaya dia bisa sedikit merasa lebih tenang.

Sementara itu, Edhu tetap tenang meski ia harus melihat kedekatan Ben dan Diana seperti sekarang, dia pun berbisik tajam “Gue akan merebut harta loe Benjamin! Awas lo! Permainan ini baru aja dimulai!” 

***

to be continued




*pict source: https://www.japantimes.co.jp/news/2016/09/10/national/social-issues/japan-waking-menace-stalking/#.W4N62iOB28U

Kamis, 23 Agustus 2018

MY L.O.V.E (PART 13) #Untold Story





FIRASAT !!!! (Bagian 2)


Chika datang dengan riang ditemani Ucha yang sibuk ngoceh. “Chik, cowok yang ngantri tadi tampan beneerrr… mata gue ampe siwer ngeliatnya. Putih, tinggi, atletis!!! Waaahh, pria idaman gue banget!!!”

“Iye… iye… Dasar loe ada-ada aja.”

 Ben dan Joy udah menenteng popcorn LARGE sama minuman, sampai-sampai mereka repot sendiri.

Joy yang daritadi merhatiin Ucha senyam-senyum sendiri pun, jadi bingung “Loe nape Cha?? Kesambet setan yaa?!”

Gadis itu melototin Joy, waduh nih anak ngajak berantem lagi,  “ENAK AJA LOE!!! Huuuuu….”

“Tadi tuh ada cowok ganteng, putih, tinggi, bla… bla…” Ucha mulai ngoceh lagi dengan segala keceriaan ekspresi di wajahnya. 

Tak lama kemudian, Vaness dan Diana datang berdua menghampiri mereka yang sibuk sendiri daritadi.

“Oiii!!! Udah ada tiket ama camilannya kan? Kalo gitu lets go!”

Joy garuk-garuk kepala mendengar perkataan Vaness, “Lets go kemana ness?? Bingung gue!”

“Terserah kemana kek. Daripada nunggu disini! Loe pada mau?”

“Bener juga!” timpal Ucha.

Geng Nero pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke bookstore dekat bioskop twenty O-ne sedari menunggu film yang setengah jam lagi akan diputar. Vaness, Ucha, Chika, Joy pada sibuk gossip dengan bahan berita mereka masing-masing, kecuali Ben dan Diana yang justru terdiam tanpa kata.

“Di… Loe haus? Gue ada minum nih?”tanya Ben basa-basi sambil menyodorkan sebotol air minum yang masih tersegel.
“Eh. Aku… Nggak haus kok, Ben! Hehe… Buat entar aja.”
“Oh, oke.” Sahut Ben pendek.

Akan tetapi, akhirnya setelah dipikir-pikir (Jiaahh…) geng Nero ini justru pada mau mencar jalan-jalannya. Vaness dan Joy, serta Ucha lebih memilih ke toko kaset, sementara Ben menemani Diana ke toko buku, dan si imut Chika lebih senang ke toko baju sendirian. Katanya “Lebih enak jalan sendiri, lebih BEBASSS…” Pokoknya mereka berenam sepakat ketemu di bioskop sepuluh sampai lima belas menit sebelum film dimulai.

***

“Diana, gue tau kenapa elo tadi murung…” ucap Ben memecah keheningan.

Diana mengerutkan dahi, Ben tahu… aku mikir apa… duuhhh masa sih dia bisa baca pikiran aku….

“WOI !!!” 

“Eh, iya!!!” teriak Diana kaget. “Apa sih Ben?! Kamu ngagetin aku aja!”

“Hahaha…. Abisnya elo diajak obrol malah diem mematung, kan gue geli ngeliatnya.”

“Masa sih???”

“Iya. Kenapa sie elo di?? Elo nggak suka film yang entar kita tonton? Iya??”

Kontan Diana kaget akan pendapat Ben yang aneh- pikirnya. “Ben…. Nggaklah, aku nggak mungkin mikir kayak gitu. Aku suka kok filmnya will smith! Handcock kan bagus!”

“Terus…”
“Emmm… aku Cuma…”

“Cuma apa?? Cuma-cumi. Hehehe… Smile dong cantik…”

“BEN!! Hahaha… “

Dalam hati, Ben sangat senang dan selalu bahagia kalo Diana tertawa lepas… Rasanya bebas…. dan semua masalah seperti menguap bagai asap begitu saja.

“Ben, kamu tahu buku yang bagus dan populer sekarang??”tanya Diana berusaha mengalihkan topik.
“Tahu.”
“Apa??”
“Mmm… kalo temen-temen cewek yang gue kenal, mereka nyodorin buku twilight ke gue. Emang kenapa??” tanya Ben dengan sinar matanya yang teduh.
Diana tersenyum melihat tatapan mata abangnya itu, “Iya!! Twilight!! Aku suka banget ceritanya dan ada terusannya kan??”
“Iyalah… Kalo gue nggak salah, yang berarti bener. Hehehe… Abis twilight ada lagi sambungannya new moon, eclipse, dan terakhir breaking down. Elo mau beli di??”
“Mau sih Ben. Tapi… emang new moon udah keluar??”
“Setahu gue sih udah. Si Lala pas kemaren atau kemarennya lagi gitu, gue lupa, dia pamer-pamerin novel new moon. Covernya…”
“Biru kan pokoknya??? Hehehe, udaah aku mah udah tahu Ben. Aku kan pecinta buku dan up to date tentang buku-buku terbaru, hahaha!!”

“Masa???” goda Ben.

Diana melototi Ben, “Kamu ngeremehin aku?? Mau ni aku cubit lagiiii???”

Dengan sigap Ben langsung menghindari capitan adeknya itu, “Hahahaa, gaak aahh tuan putri, sudah cukup tadi di mobil! Yang tadi aja masih ngebekas nih kayaknya.”

“Gapapa Ben, biar tanda lahir kamu banyak! Hhahaa!” canda Diana.

Thanks Diana jiwa loe udah balik lagi… batin Ben.


***


Kan dirajut episode selanjutnya~



*Pict.source: https://www.123rf.com/photo_40115459_stock-vector-his-boy-consoling-friend.html

MY L.O.V.E (PART 19) #Untold Story

SEBUAH PENGAKUAN (III) Diana menatap Micky, tatapan cowok itu begitu kelabu. Tidak ada sinar yang terpancar di sana. ...