Minggu, 24 Juni 2018

MY L.O.V.E (PART 1) #Untold Story



Pertemuan Pertama
Ting-tong-ting-tong

Terdengar suara bel rumah berbunyi, buru-buru Diana membukakan pintu. 

Sekarang dihadapannya ada seorang cowok yang tingginya kira-kira 182 cm, kulit putih, wajahnya baby face banget!!! “IMUT!!!” dia tersenyum dan menyodorkan tangannya untuk mengajak bersalaman, tentu saja itu pertanda dia sedang mengajak berkenalan.

“Halo!” sapanya ramah.
“Halo juga!”balas Diana malu-malu. “Emm… siapa ya? Kayaknya aku baru lihat kamu deh.”
“Iya, hehehe…kenalkan nama saya Micky!”
“Oh, kamu tetangga baru itu ya!” sahut Diana spontan.
“Iya! Saya tinggal di depan rumah anda.”
“Oooo iya iya… kenalkan juga namaku Diana! Ayo silahkan masuk, Mick!”
Micky tersenyum kecil, “Makasi…”

Di dalam rumah, mereka berdua asyik mengobrol. Padahal baru berkenalan, tetapi sudah seperti teman dekat. Diana dan Micky langsung cepat akrab.

“Jadi kamu sekolah dimana sekarang?”Tanya Diana di sela-sela cerita kepindahan rumah Micky.
“Aku di SMA Gonzaga, sekarang kelas 3 hehe.. Kamu?”
“Waaa berarti aku harus manggil kamu kaka dong! Hehehe, aku di 81 kelas 2.”
“Ga usaah diii… cukup Micky atau manggil Mike juga gapapa, soalnya itu panggilan kecil di rumah. Kamu ipa atau ips??”
“IPA dong!!!” jawab Diana mantap. “Kamu Mick?? Eeehh Mike?? Hehe”
“Hahaha jadi manggil beda-beda gitu! Aku 3 SOS Di..”
“Sama dong kayak kak Nita!”
Micky mengernyitkan dahi, “Kak Nita?? Ituu….” 
“Kakakku!!! Nanti aku kenalin deeh, abis minggu kayak gini kebiasaan pada tidur semua Mike, hehhee, maklum laaah.”

Di balik obrolan panjang Diana-Micky, ternyata banyak lho kesamaan diantara mereka! Misalkan saja: Diana paling suka sama kebersihan dan Micky justru paling suka sama kerapihan (ada kaitannya kan), mereka juga sama-sama suka band simple plan, lebih suka ngoleksi vcd atau dvd ‘Harry Potter’ ketimbang novelnya yang tebelnya ngalahin kamus bahasa inggris-indonesia, pada suka makanan manis kayak cokelat, permen, dan gula-gula, suka banget sama kartun doraemon, conan, avatar, sponge bob, Waaa… banyak banget deeeeh! Cuma bedanya si Micky itu COWOK dan Diana - CEWEK (ya-iyalah masak ya-iya doung!)

“Makasih ya, di! Aku seneng banget kenalan sama kamu! Supel dan ramah!” puji Micky.
Wajah Diana langsung merah keoren-orenan, gugup, “Ehehe, sama-sama! No. hape kamu berapa???”
“Mmm… 0857225xxx, emangnya kenapa di?”
“Aku pingin tau aja! Kan, siapa tau tiba-tiba aku pingin curhat gitu sama kamu…”
“Oooh… Oke! Aku pulang dulu, yaa dii… Bye!” ucapnya tersenyum sambil melambaikan tangan.
“MICK!!! KAPAN-KAPAN  KITA NGOBROL LAGI YA!!!” teriak Diana cukup keras dan sangat jelas di telinga cowok itu.

***
Ini Dia… Geng NERO!
Esok harinya, Diana berangkat ke sekolah dengan lebih ceria daripada biasanya. Sepertinya ada firasat baik yang akan mengabarkan kabar bahagia.

“Pagi mom!!! Pagi pap!!!” 
“Pagi…” jawab mereka kompak.
“Ciee… yang ada kenalan baru kemarin! Ceria amat!” goda kak Nita.
“Kenalan?? Kenalan sama siapa, di? Pacarmu?” tanya mom menyelidik.
“Eh…?!” spontan Diana kaget, hampir saja dia menyemburkan susu yang belum ditelannya. 
“Enggak!!! Enggak kok! Kakak boong! Kemarin tetangga baru depan rumah kita kesini, kan mom, pap, kak Nita pada pules tidur, yaudaah aku deh layanin sendiri.”ralat Diana buru-buru, lalu melirik tajam kearah kakak sulungnya, “Awaass yaaa kaaaak!”batinnya.
Kak Nita cuma bisa cekikikan melihat pola tingkah adiknya yang grasak-grusuk gitu! Yaa… yang pasti intinya kalau Diana ketahuan pacaran apalagi backstreet, hmmph… siap-siap aja dia kena sembur kedua ortunya yang masih rada protective. Alasannya karena mereka menganggap Diana masih kecil, padahal dia sudah kelas 2 SMA dan mau naik kelas tiga. Meskipun aturan ini juga… diberlakukan terhadap kakaknya yang mau lulus-lulusan itu (So… it’s fair!). Namun, tetap saja Diana merasa sudah bisa untuk mandiri.

“KAKAK!!!! apa-apaan sih ngomong gitu ke pap sama mom! Untung mereka nggak marah! Kalau marah, siapa yang mau tanggung jawab???” cetus Diana dalam mobil dengan nada kesal setengah mati.
“Sori… sori…” singkat-padat-dan jelas, hanya itu jawaban kakak satu-satunya yang dimiliki Diana. Tetapi jelas banget nggak ada raut menyesal sama sekali yang ditampakkan kakaknya. Sepanjang perjalanan ke SMAN 81 Kalimalang, Diana dan kakaknya hanya sibuk sendiri. Kak Nita sibuk dengerin ipodnya, sedangkan Diana sibuk baca buku biologi, mengingat bu. Elly suka ngasih kuis dadakan. 

Sesampainya di gerbang SMAN 81, Diana lebih memilih turun di depan gerbang daripada nemenin kakaknya sampai ke parkiran. Diana masih gondok dan nyeseeellll banget! Tau gitu, dia kan nggak perlu nyeritaiin tentang Micky kemarin ke kakaknya yang sekarang harus dicap sebagai si Mulut EMBER!!! ERrrggghh!!! 

***

“Morning guyzz…” sapa Diana lemasss, yang tentunya membuat teman-teman gengnya bingung dengan keadaan yang lain daripada biasanya. 

Ups! Tunggu dulu! Ini bukan geng sembarangan! Geng yang beranggotakan Ucha, Chika, Vaness, Joy, dan Ben plus Diana sendiri tentunya, dinamakan geng ‘Nero’… Eittsss! ‘Nero’ disini beda sama geng Nero ‘Bandung’ yang singkatannya  Neko-neko dikeroyok. 

‘Nero’ ala kelas 2 A –IPA ini punya arti sendiri yaitu “The Next Exist Remaja Oke!”, mereka-mereka juga anti kekerasan dan peduli social, suka belajar bareng, dan banyak mencetak prestasi dari masing-masing anggota. Contohnya aja: 
  1. Ucha adalah cewek yang pinter banget taekwondo, dia juga udah pegang sabuk hitam dan pernah menjuarai pertandingan taekwondo tingkat nasional di sekolah!!! 
  2. Chika si imut dan paling mungil diantara yang lain suka banget yang namanya me-lu-kis, karyanya pernah dipajang dalam festival lukisan se-Indonesia dan salah satu wakil dari Jakarta yang mendapatkan piagam “the popular art 2007”. 
  3. Vaness adalah seorang yang paling bawel sejagat sekolah, terang aja dia hampir selalu juara satu dalam lomba pidato bahasa Indonesia dan bahasa inggris (bilingual gitu…) dan dia juga merupakan ibu bagi geng ‘Nero’ sebab umurnya paling tua dan sifatnya sungguh keibuan berkat perhatiannya itu. 

Kalau Joy dan Ben merupakan dua bodyguard dari ke empat cewek ini. Mereka sama-sama dari tim basket, mereka juga mempunyai fisik yang bisa dibilang ‘perfect’. 

  1. Joy = Kulit sawo matang, hidung mancung, tingginya 178 cm, badan atletis karena sering fitness, dan ibunya seorang penulis, tetapi sayang… dia sudah tidak memiliki ayah lagi sejak dua tahun lalu, karena ayahnya meninggal akibat kecelakaan saat sedang tugas di New York. Joy seringkali merasa sedih apabila teringat akan peristiwa itu, tetapi Diana dan yang lain selalu  berusaha menghiburnya dan akan terus melindunginya. 
  1. Ben (ck…ck…) = Kulit putih, tampang blasteran (German-Jawa), hidung mancung, tinggi 185cm, badan atletis karena sering banget renang, tetapi dia anak broken home alias bokap sama nyokapnya udah pisah (bercerai), sekarang dia tinggal sama mamanya. Meski begitu, tetap saja Ben merasa jauuuhh banget dari perhatian ortunya… biasa… mereka lebih milih bisnis daripada mentingin anak sendiri. Untung saja Ben adalah anak yang tahu diri dan pengertian, jadi dia nggak ngerasa sendiri, itu pun juga berkat geng ‘Nero’! 

Walalupun mereka semua banyak kelebihan, tetapi tetap kan pepatah mengatakan “Nobody’s perfect!” So… be yourself! 

O,ya! Nggak ketinggalan juga “Diana”, dia yang dijuluki geng Nero ‘anak bontot’ alias anak paling kecil atau juga suka dipanggil ‘adek’ ini juga punya kelebihan. 
6) Diana seneng banget yang namanya musik, dia pintar nyanyi dan main piano, kadang-kadang juga suka bikin lagu kalau-kalau lagi boring. Dia juga termasuk salah satu anggota anak teater yang bisa dikatakan berbakat sebab selain menjuarai lomba menyanyi, Diana juga seringkali tampil untuk pertunjukkan teater di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) bahkan pernah ikut syuting sinetron, yang bikin geng Nero makin exist aja di sekolah karena bisa nebeng nama- numpang beken. Fans Diana di sekolah, terutama cowok-cowok juga buuaanyyakkk banget. Hal tersebut terkadang dimanfaatkan Ucha dan Vaness sebagai ajang palak! (Tunggu duluu…) maksudnya kalau ada yang pengen foto bareng Diana atau pengen punya tanda tangannya harus membayar uang pangkal plus pajak (He…he…). Seperti pepatah mengatakan “Dimana ada kesempatan disitu ada jalan menuju kekayaan!!!” Namun sayang, Diana agak sedikit lemah, mmm… enggak sedikit sih! Habisnya dia tuh lugu dan gampang banget dikerjain, mungkin karena dia itu orangnya nggak tega-an! (Gemesss!!!)

Anggota geng Nero sangatlah saling menjaga dan melindungi, mereka sepakat sebagai “KK” (bukan Krusty Krab lho!) tapi “Keluarga Kecil”. Diantara mereka nggak boleh ada saling iri atau saling meremehkan. Motto geng Nero “Kompak is number one and Love is number… sekian-sekian-sekian…” Akan tetapi, sebenarnya ada juga yang punya rahasia kecil sendiri-sendiri alias privacy yang nggak bisa diungkapin atau di sharing. Contohnya aja Ben dan Diana, sebenarnya mereka berdua sering curhat-curhatan bareng tanpa diketahui anggota geng Nero lainnya dan ngerasa paliingg deket satu sama lain. Diana menganggap Ben sebagai pelindungnya alias kakak ke dua setelah kak Nita. Masalah yang nggak bisa dibahas Diana pada anggota geng Nero yang lain, diceritakannya pada Ben, begitu pula sebaliknya. 

“Kenapa dek, belom sarapan??” tanya Vaness khawatir akan Diana yang berwajah pucat dan tidak bergairah gitu.
“Tau nih!!! Padahal kan kita-kita di sini lagi nungguin elo! Gue punya gossip baruuu…” timpal Chika sambil cengengesan. Oh, iya! Satu lagi kehebatan Chika, selain dia jago melukis ternyata si mungil ini juga bisa jadi wartawan infotainment karena hobinya suka nyebarin berita terhangat dari kalangan kawula muda di sekolah ini. Tau deh??!! Dia dapet ilmu dari mana…

Tiba-tiba Ucha megang-megang kening Diana sampe ke leher dan tangannya segala. 

“Badan loe nggak panas dan leher loe juga, malahan tangan loe dingin banget!” sahut Ucha kebingungan sendiri, emang dia itu dari kelas satu suka agak TU-LA-LIT atawa LEMOTTT  PISAAANN!!!”
“Duuuh… Ucha! Ya iya-lah tangannya dingin, Diana kan kalo ke skul pake mobil!!! Uuuh… gimana sih!” sahut Chika rada kesel, kalo si mungil emang orangnya moody banget, jadi mereka kudu ati-ati kalo ngomong. Kalo ngambek waaaa…. Susah ngebalikinnya bahkan bisa nguras kantong anak-anak!.
“Ooo…”
“Udah-udah! Kok jadi berantem! Mendingan loe ceritaiin ada masalah apa sih, di??” ucap Joy menenangkan.
“Mmm… aku… aku… nggak apa-apa kok! Cuma Bete sama kak Nita tadi. Eh, udahlah kalian nggak usah khawatirin aku. Chik! Tadi kamu mau ngomongin gossip apaan??? Cepetan ceritain!”

Jawaban dari Diana membuat senyum Chika mengembang kayak kue lagi di oven, dengan semangat dia pun mulai menceritakan gossip terpanas minggu ini. Kisah putus hubungan antara Dewi sama Dewo, padahal sebulan terakhir ini mereka berdua lengket kayak amplop dan perangko, tetapi kayaknya sih! Si Dewo udah mulai terpesona sama Marina si centil dan kegatelan itu. Tapi ada juga skandal lain yang mengatakan bahwa Dewi udah ada calonnya (Nah lho!!!) Sebenarnya yang bener yang mana??? Ucha yang rada ling-lung malah ngangguk-ngangguk aja, entah apa maksudnya?? Dia itu bingung, apa setengah- ngeh, apa justru nggak ngerti sama sekali. Cuma Diana yang nggak merhatiin banget gossip Chika pagi ini, gadis manis itu jadi malah mikirin tetangga barunya “Micky”. Dia jadi pengen banget mengorek lebih dalam kepribadian cowok yang menurutnya unik. Tanpa disadari Diana, Vaness dan Ben diam-diam mergokin cewek itu lagi melamun nggak jelas, mereka berdua jadi penasaran sendiri.

“Gituu Deehhh Ceritanyaaa…” tutup Chika akhirnya, bersamaan dengan tanda bel sekolah berbunyi dan semua anak murid pun masuk ke kelasnya masing-masing.

***
“Ssst! Diaaam… Bu. Elly datang!” teriak Fikri sang kepala suku menenangkan anak sekelas.
“Selamat Pagi anak-anak!!!” sapa bu. Elly agak ramah.

Tetapi justru tanda-tanda ini yang bisa menjadi tanda siaga satu alias BA-HA-YA!!! Lihat aja nihh…

“ANAK-ANAK !” suara guru berambut konde dan alisnya pake dilukis segala persis dandanan untuk orang kondangan semakin keras membuat anak-anak sekelas semakin tegang dengan bulu-bulu pada begidik. (Hiyyy….)
“Sekarang tutup buku kalian semua karena saya akan mengadakan kuis DA-DA-KAN SEKARANG!!!!” perintah si guru konde dengan kata-kata terakhir penuh penekanan agar terdengar jelas di telinga semuanya.
“Huuu….huuu….” gemuruh penolakan dari semua murid 2 A-IPA nggak mungkin bisa mengubah keputusan bu. Elly yang udah BULET!!! Chika yang raut wajah paling cemberut berusaha untuk tetap tenang, kalo Ucha malah kelihatan pasrah banget sama kayak mukanya Joy yang jadi lecek seketika begitu. Cuma Diana yang terlihat kalem dan adem ayem, karena tadi malam dia sudah memprediksikan akan terjadi hal semacam ini.
“Waktunya 60 menit! Kalian kerjakan 50 soal essay campur isian ini dengan sebaik-baiknya! Ibu tidak mengadakan remidi! Mengerti???”
“Ngerti bu…” sahut anak sekelas mendadak lesu.
“Eh…Eh… bukan sebaik-baiknya tetapi semampu-mampunya. Hi…hi…” ralat Joy sok ngelucu. 
Ralatannya berhasil membuat sobat gengnya pada kegelian sendiri, kecuali Diana. Ben melirik Diana, dalam hatinya timbul beribu pertanyaan yang sama yakni “Ada Apa Dengan Diana???”

“Enam puluh menit! Waktu habis! Fikri kumpulkan jawaban mereka!”
“Ba…ba…ik bu!” jawab Fikri setengah terpaksa, jujur aja! Dia sendiri baru mengerjakan 45 soal dan masih banyak jawaban yang belum sempurna. Fikri – dalam hati - sedikit memberi umpatan kepada bu. Elly seperti “Guru sialan!!!” dan beberapa umpatan lainnya. 
Nasib Chika dan Ucha serta teman-teman yang lain juga kompak, mereka dengan sangat terpaksa menyerahkan hasil pekerjaan mereka yang baru setengah jadi layaknya seperti adonan yang belom diapa-apain. Akan tetapi, alangkah terkejutnya Fikri saat melihat hasil pekerjaan Diana yang penuh dan utuh, artinya terisi semuaannyyaaa.

“Di, ini elo yang ngerjain semuanya???” tanya Fikri nggak percaya sambil membetulkan letak kacamatanya yang suka merosot itu.
“Iya! Emang napa?”                                                                                                                                                                                                   
“E…enggak pa-pa si..sih!” ucapnya terbata-bata.
“Kamu pikir aku nyontek gitu?!!” tandas Diana mulai kesal.
“Enggak lah!!! Gimana bisa??? Bu. Elly kan matanya ada banyak, nggak mungkin dia bisa ketipu…” 
“Ya, udah! Kan udah tahu… cepetan kumpulin! Nih…” tambah Diana sambil mendengus kesal pada Fikri. 
Asal tahu saja, ya! Fikri terkadang bisa membuat orang-orang di sekitarnya jadi bete plus darah tinggi dadakan dengan sikapnya yang suka ngeremehin orang lain dan menganggap dirinya paling pintar- paling hebat, ditambah lagi dia itu suka nggak percaya kalau ada nilai yang lebih tinggi darinya dan dia langsung protes gitu… Hi… Dasar Mr. Ego!!! Maunya menang sendiri!

Akhirnya waktu istirahat datang juga, jam-jam seperti ini paling disenengin sama anak sekolahan di seluruh belahan dunia. Di saat-saat begini mereka bisa santai, makan-makan alias jajan, ngaso, ngobrol, main, waaahh… apa aja deh?! Asal kagak kabur dari sekolahan.

“Ayooo… Kita ke kantin kawaann…” ajak Chika bersemangat, dia yang paling heboh kalau masalah makan-memakan makanan.
“Let’s go!!!” tambah Ucha. Saat Vaness, Joy, dan Ben bangkit, cuma Diana aja yang masih duduk.
“Dek! Kamu nggak sakit kan?” Pertanyaan dengan raut wajah yang sama ditunjukkan Vaness untuk Diana. 
Namun, gadis itu hanya menggelengkan kepala. Tak berapa lama kemudian, Diana bangkit “Mmm… Guyz, aku ke perpus dulu ya! Ada yang mau di cari.”
“Loe mau cari buku apa?? Biar gue temenin!” Ben menawarkan jasanya, dalam hatinya terselubung penuh harap ada kata “Iya”, namun ternyata jawaban Diana malah “Tidak”.
“Aku bisa sendiri kok! Kalian duluan aja ke kantin!Ntar aku nyusul.”
“Ya… udah! Ayo!!! Gue lapeerrr bangeett nihh!!!” rengek Chika manja.

Akhirnya Chika, Vaness, Ucha, Joy, dan Ben melaju ke arah kantin, sedangkan Diana melangkah ke arah yang berlawanan menuju perpus. Saat yang lainnya merasa pada kelaparan, justru Ben merasakan hal yang berbeda. Ia punya firasat yang tidak enak terhadap Diana.



***



*Cerita buatan fiksi yg tak kunjung ending
Dibuat sejak 2008 sekitar masih SMP
masih komputer  dengan disketnya. Lol
HAPPY READING :)





*pict. source: 
https://pngtree.com/freepng/hands-and-hands-of-men-and-women_3148672.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MY L.O.V.E (PART 19) #Untold Story

SEBUAH PENGAKUAN (III) Diana menatap Micky, tatapan cowok itu begitu kelabu. Tidak ada sinar yang terpancar di sana. ...