Minggu, 02 Agustus 2015

Cerpen Kasih Sayang IBU





 PENGAKUAN (bagian I)

Joy berteriak. Matanya memanas. Dalam hati, terus memaki lawan bicaranya. Kata-kata yang keluar sengaja ia sentak. “Kenapa terus melarangku?! Selama ini aku mematuhimu dan apa salah jika aku ingin sekali saja bersenang-senang?”
“Kamu itu perempuan. Tidak baik keluar malam-malam begini, apalagi tidak jelas tujuanmu kemana dan pulang jam berapa.”
“Klise,” balas Joy tak acuh.
“Mau kemana?”
“Bukan urusanmu!”
“Tidak ibu izinkan.”
Amarah Joy memuncak. Titik kesabarannya pun telah melewati garis batas, “Umurku 17 tahun!! Aku bukan anak kecil lagi yang harus selalu ibu atur!! Aku tidak pernah mempermasalahkan kalau ibu setiap hari pulang kerja lewat dari tengah malam! Apapun yang ibu katakan, aku tidak melanggar! Sekarang aku butuh kebebasan! Aku tidak ingin sisa hidupku terpenjara seperti ini! Aku ingin seperti teman-teman lainnya! Apakah sebagai ibu, kau tidak mengerti?!”
“Tentu, aku mengerti.”
“Lalu? Izinkan aku, bu!”
“Tidak.”
Suara joy berubah parau. Air mata turun membasahi pipi tanpa isakan, “Aku harus bilang apa lagi? Ibu tahu kan, aku pergi juga tidak sendiri. Ada teman-teman lain dan.. dan.. aku hanya ingin menikmati masa muda.. masa remajaku.
Dengar, nak...
Sudahlah. Ibu memang tidak akan pernah mengerti.
Satu baris kalimat sarat emosi Joy tumpahkan dengan lugas tepat di hadapan wajah Rena–ibunya-sehingga semua bebannya terlepas, “Aku berharap tidak pernah dilahirkan dari ibu macam kau.”
Joy berlari ke kamarnya seraya membanting pintu. Tidak peduli atas perkataannya di ujung kalimat. Ia merasa benar. Toh, banyak orang lain di luar sana yang mengolok-olok dirinya akibat tidak tahu asal-usul ayahnya. Batin Joy sudah lelah. Tak ada dorongan untuk memohon pengampunan atau menarik kembali perkataannya. Biarlah, malam ini, detik ini, ia menjelma jadi sosok Malin Kundang.
Hati Rena tersayat. Tamparan keras di pipinya semakin nyata. Namun, tidak ada sama sekali terbesit di pikiran Rena memanggil anak gadis semata wayangnya dengan sebutan ‘anak durhaka’. Dalam gamang, suara-suara jiwanya saling menjerit.
Apa mungkin ini kembali terjadi? 


* bersambung..



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MY L.O.V.E (PART 19) #Untold Story

SEBUAH PENGAKUAN (III) Diana menatap Micky, tatapan cowok itu begitu kelabu. Tidak ada sinar yang terpancar di sana. ...