Senin, 10 September 2018

MY L.O.V.E (PART 19) #Untold Story












SEBUAH PENGAKUAN (III)



Diana menatap Micky, tatapan cowok itu begitu kelabu. Tidak ada sinar yang terpancar di sana. Gadis itu menggenggam tangan Micky lebih erat dari sebelumnya meski dalam keadaan membisu.


“Diana apa yang bakal kamu rasain kalau kamu tahu penyebab kematian ayahmu itu karena sebuah tindakan kriminal??” tiba-tiba pertanyaan terlontar dari bibir Micky di tengah kesunyian mereka berdua.


“Tentu aku sangat sedih Mick dan... juga marah. Tapi, yang pasti pertama aku cari tahu adalah orang yang menyebabkan ayahku meninggal...”

Micky mendadak tersenyum, kemudian melanjutkan ceritanya itu...


“Aku juga melakukan hal yang sama. Tidak begitu sulit untuk mengungkap pelaku pembunuhan ayahku. Tetapi, ada satu yang sangat aku sesali di...”

“Apa itu Mike?”

“Yang membunuh ayahku ternyata teman bisnis ayahku sendiri... Dan dia sekarang udah mendekam di penjara, meskipun dia juga akan bebas lagi saat masa tahanannya habis. Padahal teman bisnis ayahku itu adalah ayahnya Liliana. Aku menyesal...”

“Maksud kamu?”

Nafas Micky memberat, “Li..liana itu adalah pacarku di... hmm calon tunanganku nanti.” Mulut Diana terkunci, matanya membulat, seakan tidak mau percaya.



***


“Makasih ya Diana udah mendengar semua cerita masa laluku.”ucap Micky setelah

mengantar Diana sampai ke rumah.

Gadis itu tersenyum, “Iya Mike... Kita ini teman dan teman harus saling berbagi suka dan

duka. Kalo kamu mau, aku bisa ajak kamu kenalan sama teman-temanku besok pas pulang sekolah. Pokoknya kamu harus melupakan kejadian buruk itu... anggap aja ini jalan cerita hidup mu. Naskah yang udah Tuhan ciptakan buat kamu... aku yakin ada hikmah tersendiri dibalik semua yang kamu alami...”



Micky menatap bola mata Diana lekat, hatinya lega dan tenang, ia merasa kembali menemukan jalan hidupnya yang sempat berantakan. Semangat itu deras mengalir dan dalam hatinya ia berjanji akan lebih mendekat pada Tuhan karena baginya hikmah terindah yang di dapatnya sekarang adalah menemukan sosok Diana, bidadari keajaiban di hidupnya kini.

“Aku berhutang budi padamu, di... Kebaikanmu akan slalu aku ingat.” “Hahaha, santai aja Mike. Ini bukan apa-apa kok! Ayo kamu semangat yah!!”

Tanpa ada keraguan, tiba-tiba saja Micky mengecup kening Diana lembut. Lutut Diana mendadak lemas, dia tak berkedip terus menatap Micky seraya bayangan cowok itu menjauh dari hadapannya.


***


Seandainya aku bisa mengulang saat itu dalam mimpiku Aku pasti akan terus tidur terlelap
Seandainya aku bisa merekam hal itu pada sebuah video Aku pasti akan terus memutarnya ulang

Seandainya aku bisa menghentikan waktu tuk beberapa saat Aku pasti akan terus membiarkannya
Seandainya aku bisa


Aku terlalu banyak berandai sepertinya...



Diana menarik selimutnya dan memeluk boneka Teddynya yang besar -erat. Seraya membayangkan tulisannya dapat menjadi kenyataan dalam mimpi terindah bersama ‘dirinya’.

Nice dream, my handsome guy...





***

*Cerita buatan fiksi yg tak kunjung ending
Dibuat sejak 2008 sekitar masih SMP
masih komputer  dengan disketnya. Lol


HAPPY READING :)




*pict. source: 
https://www.pinterest.com/pin/314126142732544760


Kamis, 06 September 2018

MY L.O.V.E (PART 18) #Untold Story




Sebuah Pengakuan (II)



Setelah pamit, tanpa berlama-lama lagi, Micky dan Diana pun pergi ke suatu tempat dimana cowok itu rindukan. Ia merasa sudah siap mental untuk mengungkapkan sesuatu ‘rahasia’ kepada gadis –tetangga depan, yaa... sahabat terdekatnya saat ini. Micky bertekad bulat untuk membuka lembaran baru dalam kehidupannya dan meninggalkan masa lalunya dibelakang...

***

“Mike ini kan...”

Mata Diana terbelalak saat sampai di tempat tujuan. Ia bingung. Tiba-tiba muncul sedikit rasa duka, apa maksudnya Mike mengajaknya ke tempat ini? Apa Diana ketinggalan sesuatu tentang Mike???

“Iya Di... ayo kita masuk.” Ajak Micky. 

Tak begitu terlihat perasaan sedih di wajahnya. Ia tetap tersenyum –meskipun... itu hanya sebuah senyuman kecil.

Micky menarik nafas panjang, mencoba mengatur perasaannya. Cowok itu berusaha menahan diri dari segala rasa duka ketika ia melihat tempat ayahnya tinggal kini.

“Diana... kenalin ini ayahku... Dia sekarang udah tenang, ayah tinggal bersama Tuhan...” ucapnya pelan.

Gadis itu melihat sebuah batu nisan. Di sana terukir sebuah nama,

Leonardo Bastian Andreas Lahir 13 Juli 1959
Wafat 12 Desember 2010


“Mike aku... Aku turut berduka cita Mike...” Hanya sebaris kalimat itu yang bisa dilontarkan Diana. Air matanya tak terasa sudah menggenang dan jatuh ke pelupuk mata. Apa sekarang aku harus bersedih lagi... Aku benar-benar merasa bukan sahabat baik Micky... Om... Semoga om sekarang bahagia di sana... Diana hanya bisa berdoa dari sini...

Kemudian, Micky mengelus nisan ayahnya, perasaannya mulai berkabut. Rasa berkabung itu masih belum pupus karena ia sekarang harus membuka lembaran hitam yang telah mewarnai kehidupannya. Hari ini seperti hari kemarin –hari terakhir ayahnya meninggalkan semua kenangan itu... meninggalkan Bella dan cowok itu...

“Ayahku adalah seorang yang terhebat dimataku...”ujarnya membuka cerita dan Diana pun mulai mendengarkan kisah ‘itu’.

“... dulu kami bertiga selalu menghabiskan hari minggu seperti ini dengan jalan-jalan ke alam terbuka, yah entah danau... pantai, di gunung, atau pinggiran sungai yang jernih. Ayah selalu menyukai itu... Kami piknik, bercanda, mengobrol, bermain. Aku dan ayah sangat senang main tangkap bola –itu lah favorit kami. Hehe... kedengarannya terlalu kanak-kanak, tapi... hanya itu yang paling membekas dalam ingatanku. Ayah memang orang yang sibuk, bahkan hanya hari ‘minggu’ mungkin aku bisa bertemu dengannya. Kalau ayah ada tugas di luar negeri, aku dan bunda hanya bisa menunggunya datang di akhir bulan. Karena ayah pasti selalu akan datang... Ayah selalu memberi kejutan padaku dan bunda... entah dengan hadiah ataupun waktu kedatangannya yang tidak terduga...”

Nafas Micky agak mulai memberat...

“...Ya tapi tidak seperti hari itu, hari yang tidak akan aku pernah lupa seumur hidup. Hari yang aku tunggu bersama bunda –Hari minggu, 12 Desember tahun lalu. Tepat di hari ulang tahunku ke-17...

Micky berhenti sejenak... Terasa sekali getaran kesedihan mengelilingi mereka berdua... Diana membisu, sementara Micky lalu melanjutkannya...

... Ayah seharusnya sudah datang seperti yang dijanjikannya, pukul Sembilan malam. Aku menunggunya bersama bunda... Tapi sampai hampir jam dua belas malam ia juga tak kunjung datang. Aku sudah terlalu lelah hingga aku tertidur. Aku tetap menunggunnya. Sedangkan Bunda masih tetap terjaga sampai jam dua belas itu terlewati, tetapi tidak ada tanda- tanda ia mau datang. Kami masih berpikir mungkin ini sebuah kejutan seperti biasanya, tapi ternyata aku salah....”

“Mike...” Diana menggenggam tangan cowok itu, lembut.

“...Jalan Tuhan memang nggak bakal bisa ditebak dan aku telah membuktikannya. Saat pukul satu aku terbangun dan melihat bunda masih terduduk melihat televisi, ayah masih belum datang. Bunda berkata berulang kali kalau ayah akan baik-baik saja. Namun, tak lama kemudian, telpon rumah berdering. Bunda langsung mengangkatnya. Percakapan itu tak membutuhkan waktu lama. Aku melihat Bunda yang terduduk lemas, bahkan aku sempat heran karena genggaman telponnya tergantung begitu saja. Hubungan telpon sudah terputus. Lalu, aku membantu bunda berdiri, bertanya apa yang sedang terjadi dan...

“Dari siapa bun? Apa itu ayah?”
“....”
“Bunda?”


Bella langsung memeluk anak semata wayangnya itu, ia mengusap kepala Micky dengan

rasa penuh kasih, tak lama kemudian ia hanya dapat berkata...

“Ayah tidak akan pernah datang lagi, nak... Maafkan Bunda...Tuhan tahu tempat yang terbaik untuk diberikan kepada ayahmu sekarang... Aku dan ayahmu tidak bisa memberimu kado bahagia kami untukmu, Mick... Maafkan Bunda...”

...Bunda sangat tegar dan entah kenapa aku jadi malu bila aku menangis. Pagi itu –di hari minggu, aku tetap merayakan ulang tahunku di sini. Sebelum di makamkan, aku melihat jasad ayahku terbujur kaku di ruang mayat rumah sakit itu, tampak ada ‘bekas’ yang membuatnya seperti ini. Aku menyentuhnya dan menangis, tapi hanya sekedar isakan bukan tangisan besar. Aku membisikkan sesuatu padanya, hanya sebuah kalimat pendek karna aku tak tahu harus berkata apa kala itu, aku bilang... 

“Aku sayang ayah dan aku ikhlaskan ayah pada Tuhan...” Setelah itu, aku merasa ayah sedang tersenyum damai, senyuman yang paling tenang yang pernah aku lihat...”


Diana menatap Micky, tatapan cowok itu begitu kelabu. Tidak ada sinar yang terpancar di sana. Gadis itu menggenggam tangan Micky lebih erat dari sebelumnya meski dalam keadaan membisu. 



***


bersambung...




*pict. source: https://imgur.com/gallery/E5UUH

Selasa, 04 September 2018

MY L.O.V.E (PART 17) #Untold Story








Sebuah Pengakuan


Matahari kembali hadir dengan sinarnya terang menembus jendela kamar Diana. Membangunkan gadis itu, entah kenapa Diana merasa ia bisa tidur pulas malam tadi. Badannya terasa lebih segar. Kemudian, setelah bangun dengan seulas senyum sedari menatap matahari dari balik jendela kamar, ia pun menyalakan hp mini blacknya dengan sisa low baterai.


Sms masuk bertubi-tubi, rata-rata sms kemarin malam yang tak sempat ia buka. Namun, ternyata ada sms baru yang membuat semangat pagi ini bertambah! Bahkan Diana merasa seperti habis meminum suplemen vitamin penguat tenaga.


“Dianaaa!!! SELAMAT PAGI! Berikan senyuman terbaikmu pada dunia! Maka kami semua akan terasa damai :D HEHE. SEMANGAT! Happy Sunday!”
From : Ben >PErfECto!!!

Diana nggak nyangka abangnya bisa menulis pesan dengan kata-kata hiperbola gitu, gadis itu tertawa, lalu cepat-cepat membalasnya...

“Halo. Sori ini siapa?”Tanya yang di seberang sana.
“Hohoho. Selamat anda memenangkan motor beroda tiga!”sahut Diana dengan suara bass di buat-buat sambil cekikikan menahan tawa.

“Eh. Maaf mas mungkin anda salah sambung. Lain kali jangan pake private number mas biar orang nggak takut.” Jawab cowok itu.

“Saya tidak mungkin salah pencet nomor. Saudara bernama Benjamin Fredrick Edison yang semalam jadi supir saya kan? Hohoho.”balas Diana lagi. Kali ini ia benar-benar menahan geli! Hahahaa...Pasti Ben langsung manyun nih abis ini!

“Ehem. Mau coba-coba ya?”ujar Ben dengan nada curiga.
“Coba apa?”
“Mending telponnya tutup aja aaah..”cetus Ben.


“Eiits... Eitt!!! Jangan! Hehehe. Pagi abangku tercintaaaa..” teriak Diana kembali dengan

suara toa-nya itu.

“Kan gue supir tadi katanya!”tandas Ben sok marah. Padahal dia sekarang tengah balik

nyerang Diana –akting. Hehe..
“Abang Beennn... Maaaaafff... Kan aku bercanda tadi. Jangaaan jadi bete donggsss, ya?

ya? yaa?” Diana mulai merayu abangnya yang sepertinya rada ngambek. “Hemm... Gimana yah? Dimaafin gak yah?”

Diana mulai merengut. Perasaannya antara bete tapi juga ngerasa bersalah udah ngerjainnya abangnya. Akhirnya gadis itu merengek manja minta di maafkan, sedangkan Ben cuma diem, padahal jauh dari handphone Nokia E7nya, cowok itu tertawa terpingkal-pingkal.

page74image5785056
Ben nggak habis pikir kalo dirinya bisa juga pura-pura dan balik ngerjain adik kesayangannya itu.

“Hmm yaudah deh, padahal maksud aku telpon kamu kan cuma pengen bales sms hiperbol kamu Ben. Tapi malah jadi buat kamu bete mendadak, ya sudah deh jadi...”

“Jadi makasih yah adikku sayang, heheheee...”potong Ben akhirnya. Cowok itu jadi iba dan nggak tega kalo Diana udah mulai ngomong kayak gitu.

“Hahaha gue tadi bercanda dii... Bales ngerjain loe! Jadi skor kita sama yaa!! Satu sama!!” tambah Ben sambil tertawa puas.

“BEEENNNN!!!!! Iiiiiihhhhh iseeengg! Jahaaat!!!!”dumal Diana merasa kalah. Gadis itu merasa sekarang ia ‘kena batunya’. Andai ada Ben beneran di sampingnya, waaaa nggak segan- segan buat Diana mencubit lengan Ben lagi. Tiada ampun!

“Hehee, abis loe pagi-pagi nelponnya pake private number. Hampir nggak gue angkat. Hehee, peace yak! Damaiii... Kan damai itu indah!”

“Huuu.. iyaa iyaa.. Aku kalah! Tapi nanti pasti aku balas!”
“Haha, okeh gue tunggu tanggal mainnya. Oia, by the way, loe udah baikan kan?” Tanya Ben ramah ketika suasana sudah kembali normal.

“Iya bang! Aku malah segeerrr banget pagi ini! Di tambah lagi pas abis baca sms abaang, hahahaaa.”

Ucapan Diana yang penuh keceriaan membuat Ben sangat senang dan hatinya jadi tenang. Ia tak lagi cemas dan menjadi bersemangat dua kali lipat. Gue bersyukur! Makasih Tuhan!

“Ben, kalo gitu happy Sunday ya buat kamu!!! Aku mau mandi sama sarapan dulu niihh... Hehee, nanti lanjut lewat sms aja. Kamu juga mandi gih, bau tuuhh, asem, haha.”

“Iyaaa Diana jeeleeekk, loe kali yang baunya udah merapat sampe rumah gue, haha. Oke deh, baik-baik yah loe. Gue... gue akan slalu ada...”

Tut..tut..tut...


“Yaaah, Apa Ben?? Halo! Halo Ben! Aduuhh pake mati hapenya! Maap yah abang! Pokoknya tadi apapun itu, aku mau bilang aku sayang kakak Beeeennn!!” ujar Diana tersenyum sumringah, lalu setelah itu ia segera turun ke lantai bawah karena lapeeeeerrrrrrrrrr!!! Pengen sarapaann mooommm!!


***


“....selalu ada buat loe.. Eh? Halo di? Diana? Laah kok mati tiba-tiba? Hmmm yaudahlah paling tuh anak udah kebelet sarapan, hehe..”guman Ben sendiri.

“Mas Ben, sarapan yuk! Udah bibi siapkan, nanti keburu dingin lho..” ucap bik. Mar. Ben langsung mengangguk semangat. Sebentar ia pandangi foto kesayangannya itu, lalu dikecupnya gambar gadis yang tengah tersenyum manis –seseorang yang paling istimewa bagi Benjamin.

Tiba-tiba...
(1 message)
“Bro jangan lupa hari ini ada latihan basket di tempat biasa! On time!” From : Johannes Phillips –Joy

“Hehe dasar Joy, harusnya gue ngomong gitu ke dia.. Halaaah..”

“Iyeeh cumi, gue mah on time! Hahaha, okay! Lu telat gue jitak.” Reply : Johannes Phillips –Joy (Sending...)

***


“Non Diana, maaf ada tamu non..” panggil bik. Tinah.

Lalu tanpa menanyakan siapa tamu yang mengganggu keasyikan Diana yang tengah membaca novel new moon barunya itu, ia langsung cepat-cepat pergi ke ruang tamu. Dan ternyata orang itu...

“Hai, di!” 
“Hai, Mike!!”

Diana bengong, ternyata ada mom di sana lagi ngobrol sama Micky, ia cuma bisa senyum gigi, “Mom... mom udah kenal sama..”

“Udah sayang, tuh kamu cepet ganti baju sana. Kamu temenin Micky pergi.”

“Ha?? Aa..aku nggak ngerti.” Entah ada angin apa??? Kok bisa mom ijinin Diana pergi tanpa halangan apapun, God!! What’s going on? Kok aku jadi linglung??”

“Udah cepetan, kasian Micky nanti nunggu. Ayo sana!” perintah mom lagi.

Yaaa.. apa boleh buat ?? Diana langsung ngacir ke kamarnya dan langsung segera siap- siap. Pas dia ngelewatin kamar kak Nita, eh.. ternyata orangnya masih tidur, nyenyaaakk banget. Kebiasaan minggu! Ya begini deh pada males-malesan!

“Aku siap!” ucap Diana sambil cengengesan sendiri. Dia seperti mimpi... Akhirnya mom percaya kalo Diana udah gede dan bisa mandiri!

“Yaudah.. Micky kamu jagain Diana yah. Hati-hati di jalan... Tante turut berbela sungkawa ya Mick...”


“Iya tante sama-sama... Aku juga makasi banyak udah ijinin Diana supaya bisa nemenin aku. Nggak sampe sore banget kok tan, aku janji.”

Perkataan Mom barusan membuat Diana keheranan, Siapa yang meninggal?? Kok pake bela sungkawa... Emang mau kemana sih kita Mike??

Setelah pamit, tanpa berlama-lama lagi, Micky dan Diana pun pergi ke suatu tempat dimana cowok itu rindukan. Ia merasa sudah siap mental untuk mengungkapkan sesuatu ‘rahasia’ kepada gadis –tetangga depan, yaa... sahabat terdekatnya saat ini. Micky bertekad bulat untuk membuka lembaran baru dalam kehidupannya dan meninggalkan masa lalunya dibelakang...



*** 


to be continued..









*pict. source: 
taken from article: https://newsly.fr/2018/06/15/corps-decouvert-cave-a-rennes-sagissait-bien-dun-meurtre/ (Source : PublicDomainPictures - Pixabay)



MY L.O.V.E (PART 19) #Untold Story

SEBUAH PENGAKUAN (III) Diana menatap Micky, tatapan cowok itu begitu kelabu. Tidak ada sinar yang terpancar di sana. ...