PENGAKUAN (bagian I)
Joy berteriak.
Matanya memanas. Dalam hati, terus memaki lawan bicaranya. Kata-kata yang keluar sengaja ia sentak. “Kenapa terus melarangku?!
Selama ini aku mematuhimu dan apa salah jika aku ingin sekali saja
bersenang-senang?”
“Kamu itu perempuan. Tidak baik keluar malam-malam
begini, apalagi tidak jelas tujuanmu kemana dan pulang jam berapa.”
“Klise,” balas Joy tak acuh.
“Mau kemana?”
“Bukan urusanmu!”
“Tidak ibu izinkan.”
Amarah Joy memuncak. Titik kesabarannya pun telah
melewati garis batas, “Umurku
17 tahun!! Aku bukan anak kecil lagi yang harus selalu ibu atur!! Aku tidak
pernah mempermasalahkan kalau ibu setiap hari pulang kerja lewat dari tengah
malam! Apapun yang ibu katakan, aku tidak melanggar! Sekarang aku butuh
kebebasan! Aku tidak ingin sisa hidupku terpenjara seperti ini! Aku ingin
seperti teman-teman lainnya! Apakah
sebagai ibu, kau tidak mengerti?!”
“Tentu, aku mengerti.”
“Lalu? Izinkan aku, bu!”
“Tidak.”
Suara joy berubah parau. Air mata turun membasahi pipi tanpa
isakan, “Aku harus bilang apa
lagi? Ibu
tahu kan, aku pergi juga tidak sendiri.
Ada teman-teman lain dan.. dan.. aku hanya ingin
menikmati masa muda.. masa remajaku.”
“Dengar, nak...”
“Sudahlah. Ibu memang
tidak akan pernah mengerti.”
Satu baris kalimat sarat emosi Joy tumpahkan dengan
lugas tepat di hadapan wajah Rena–ibunya-sehingga semua bebannya terlepas, “Aku berharap
tidak pernah dilahirkan dari ibu macam kau.”
Joy berlari ke kamarnya seraya membanting pintu.
Tidak peduli atas perkataannya di ujung kalimat. Ia merasa benar. Toh, banyak
orang lain di luar sana
yang mengolok-olok dirinya akibat tidak
tahu asal-usul ayahnya. Batin Joy sudah lelah. Tak ada
dorongan untuk memohon pengampunan
atau menarik kembali perkataannya. Biarlah,
malam ini, detik ini, ia menjelma jadi sosok Malin Kundang.
Hati Rena tersayat. Tamparan keras di pipinya semakin nyata.
Namun, tidak ada sama sekali terbesit di pikiran Rena memanggil anak gadis semata wayangnya dengan
sebutan ‘anak durhaka’. Dalam gamang, suara-suara jiwanya saling menjerit.
Apa mungkin ini
kembali terjadi?
* bersambung..